Rabu, 17 Desember 2014

RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR THERAPY (REBT)


RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR THERAPY (REBT)


a.       Nama Pendekatan
Rasional Emotif Behavior terapy merupakan pendekatan yang digunakan pada praktik konseling individual dan kelompok. Pendekatan ini menjadi popular bersamaan dengan dipublikasian buku perdananya Reason an Emotion in Psychotherapy” pada tahun 1962. Dalam formasi awalnya, terapi ini menekankan pada terapi rasional, yaitu unsur kognitif kemudian diperluas dengan memasukkan unsur perilaku dan selanjutnya Rational Emotive Behavior Therapy.

b.      Sejarah Perkembangan
  •  Rasional Emotif Behavior Therapy (REBT) dikembangkan oleh Albert Ellis pada tahun 1955 dan popular Reason an Emotion in Psychotherapy” pada tahun 1962. Ellis lahir oleh ibu yang tenggelam dalam kesibukannya sendiri dan merupakan pengoceh yang tidak pernah mendengar orang lain dan sama seperti ibunya, Ayah ayahnya, sangat sibuk dan tidak memiliki hubungan emosional dengan anak-anaknya.

  • Awalnya, terapi rasional menekankan unsur kognitif dari perilaku manusia dan diperluas dengan memasukkan unsur perilaku disamping unsur kognitif. Selanjutnya berkembang pada unsur emosi dan mencakup teknik-teknik konseling perilaku seperti relaksasi, metode khayal, latihan menyerang perasaan malu.

  • REBT dipandang sebagai model terapi perilaku yang berorientasi kognitif dan akhirnya menjelma menjadi pendekatan yang komprehensif dan ekletik yang menekankan unsur-unsur berpikir, menimbang, memutuskan dan melakukan.

  • Merupakan salah satu bentuk konseling aktif-direktif yang menyerupai proses pendidikan (education) dan pengajaran (teaching) dengan mempertahankan dimensi pikiran daripada perasaan.

  • REBT tergolong pada ancangan konseling yang berorientasi kognitif-sejajar dengan konseling realitas yang dikembangkan oleh Glesser-dengan beberapa ciri menonjol, yaitu: bersifat didaktis, aktif, direktif, menekankan situasi sekarang dan berfikir yang lebih rasional serta menekankan pada segi aksi konseli.

c.       Hakikat Manusia
  •  Rational Emotive Behavior Therapy memandang manusia memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Manusia memiliki kecenderungan untuk self-preservation, kebahagiaan, berpikir dan mengucapkan dengan kata-kata, mencintai, berkumpul dengan yang lain, tumbuh dan aktualisasi diri. Manusia juga memiliki kecenderungan untuk self-destruction, menghindari buah pikiran, prokantinasi, memiliki kepercayaan di luar kenyataan, perfeksionis dan mencela diri sendiri, kurang bertoleransi, menghindari potensi aktualisasi diri.

  • Ketika manusia berpikir dan bertingkahlaku rasional mereka akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional maka menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional.

  •  Adapun 4 tipe berpikir rasional terdiri dari Flexible preferences, Anti-awfulizing beliefs, High frustration tolerance beliefs, Acceptance beliefs, other-acceptance, life-acceptance. Selanjutnya 4 tipe berpikir irrasional yaitu rigid demands, awfulizing beliefs, low frustration tolerance beliefs, depreciation beliefs, other-depreciation, life-depreciation.

d.      Perkembangan perilaku
a.       Struktur Kepribadian
  • Pandangan Rational Emotif Behavior Therapy tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori ABC yaitu Antecedent event atau Adversities (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C)

  •    Antecedent event (A) biasanya aspek situasi individu yang berpotensi mampu memicu keyakinannya (B). Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.

  •   Perbedaan utama pada pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy dan lainnya untuk terapi kognitif-perilaku adalah penekanan pada belief (B). Belief  (kepercayaan) adalah inti dari emosi dan perilaku individu, keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa.

  • Emotional and behavioral consequence (C) merupakan konsekuensi dari akibat antecendent event (A). Konsekuensi ini bisa berupa emosi, perilaku dam pemikiran. Konsekuensi ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang keyakinan rasional maupun keyakinan irasional.

  •   Terdapat tiga bagian dalam tahap disputing, yaitu sebagai berikut:

a.      Detecting irrational beliefs : Konselor menemukan keyakinan konseli yang irasional dan membantu konseli untuk menemukan keyakinan irasionalnya melalui persepsinya sendiri.
b.      Debating irrational beliefs : Kemudian konseli berdebat dengan kepercayaan disfungsionalnya dengan belajar bagaimana berpikir secara logis dan empiris. Selain itu juga dengan cara belajar bagaimana berargumen dengan kuat dan bertindak sesuai dengan kepercayaannya.
c.       Discriminating irrational beliefs : Kemudian yang terakhir adalah konseli belajar membedakan kepercayaan rasional (self-defeating) dan kepercayaan irasional (self-helping).
·         Hasil akhir dari proses A-B-C-D berupa Effect (E). Effect (E) adalah satu filosofi efektif yang memiliki sisi praktis. Suatu sistem keyakinan yang baru dan efektif terdiri dari penggantian pemikiran yang tidak sehat dengan pemikiran yang sehat. Jika berhasil melakukan hal tersebut maka akan timbul new feeling (F) yaitu satu perangkat perasaan yang baru.
2)      Pribadi Sehat dan Bermasalah
  •  Pribadi Sehat dalam REBT yaitu : Self-interest, Social interest, Self-direction, High frustration tolerance, Flexibility, Acceptance of uncertainty, Commitment to creative pursuits, Scientific thinking, Self-acceptance, Long-range hedonism,  Self-responsibility for own emotional disturbance.

  •  Pribadi Bermasalah pada REBT dikategorikan sebagai berikut : All-or-none thinking, Jumping to conclusions and negative non sequiturs, Fortune-telling, Focusing on the negative, Disqualifying the positive, Allness and neverness, Minimization, Emotional reasoning, Labeling and overgeneralization, Personalizing, Phonyism, Perfectionism.


e.       Hakikat Konseling
·         REBT menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus untuk mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan konseli.
·         Karakteristik proses REBT adalah sebagai berikut:
a.       Aktif-direktif, artinyahubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan konseli dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
b.    Kognitif-eksperiensial, artinya hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari konseli dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
c.   Emotif-ekspreriensial, artinya hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi konseli dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
d.  Behavioristik, artinya hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku konseli.
f.       Kondisi Pengubahan
1)      Tujuan
  •  Tujuan umum Rational Emotive Behavior Therapy adalah mengajari konseli bagaimana cara memisahkan evaluasi perilaku mereka dari evaluasi diri – esensi dan totalitasnya – dan bagaimana cara menerima dengan segala kekurangannya.

  • Tujuan dasarnya adalah mengajarkan konseli bagaimana merubah disfungsional emosi dan perilaku mereka menjadi pribadi yang sehat. Selain itu dua tujuan terpenting REBT membantu konseli dalam proses mencapai unconditional self-acceptance dan unconditional other acceptance, dan  melihat bagaimana kedua hal itu saling berkaitan

2)      Sikap, peran, dan tugas Konselor
  • Adapun tugas konselor yaitu menunjukkan pada konseli bahwa dalam pikirannya saat ini terlalu banyak pikiran-pikiran yang irasional

  • Konselor mendemonstrasikan bahwa konseli mempertahankan gangguan emosi mereka aktif dengan meneruskan berpikir secara tidak logis dan realistis.

  • Konselor membantu konseli memodifikasi pemikiran dan mengabaikan gagasan irrasional mereka. Konselor membantu konseli memahami pikiran irasional yang menyalahkan diri sendiri dan juga mengubah perilaku menyalahkan diri.

  •   Konselor menantang konseli untuk mengembangkan filosofis hidup yang rasional sehingga di masa depan mereka mampu menghindari diri agar tidak menjadi korban keyakinan irasional yang lain.

3)      Sikap, peran, dan tugas Konseli
  •  Peran konseli dalam proses konseling adalah sebagai pembelajar dan pelaksana. Konseling dipandang sebagai proses reedukatif di mana konseli belajar cara menerapkan pemikiran logis, latihan eksperimental dan perkerjaan rumah perilaku untuk memecahkan masalah dan perubahan emosi.

  • Proses terapeutik berfokus pada pengalaman konseli di masa kini sehingga menekankan pada pengalaman dan kemampuan konseli saat ini untuk mengubah pola pemikiran dan emosi yang telah mereka konstruksi sebelumnya.

  • Konseli berpartisipasi aktif di luar sesi konseling dan belajar melaksanakan pekerjaan rumah dapat meminimalisir pemikiran yang salah dan diakhir konseli mengulas kemajuan mereka, membuat rencana dan mengidentifikasi strategi mengatasi masalah potensial yang berkelanjutan.

4)      Situasi hubungan
·         REBT merupakan proses kognitif dan direktif, maka tidak perlu membutuhkan hubungan yang kuat antara konselor dan konseli konselor tanpa syarat menerima semua konseli dan mengajari konseli untuk menerapkan penerimaan tanpa syarat pada diri sendiri dan orang lain.
·         Hubungan yang terlalu hangat dan pemahaman yang terlalu banyak akan berakibat kontra produktif, memunculkan rasa ketergantungan dan persetujuan dari konselor.
·         Konselor REBT menerima konseli sebagai makhluk yang tidak sempurna yang bisa ditolong dengan menunjukkan bahwa konselor peduli kepada konseli, tanpa membuat konseli merasa didekte dan juga dengan menggunakan beragam teknik semisal mengajar, biblioterapi, dan memodifikasi perilaku.
·         Konselor REBT membangun hubungan dengan konselinya dengan cara menunjukkan pada mereka bahwa mereka memiliki keyakinan yang besar akan kemampuan mereka mengubah diri mereka sendiri dan mengatakan bahwa mereka mempunyai cara untuk membantu mereka melakukannya.
g.      Mekanisme pengubahan
1)      Tahap-tahap konseling
·         Tahap-Tahap Konseling REBT dapat dibagi menjadi 4 Tahap yaitu :
a.       Membantu konseli memahami bahwa emosi dan perilaku disebabkan oleh kepercayaan dan pikiran.
b.      Menunjukkan bagaimana kepercayaan dan pikiran seseorang mungkin tertutup. Format ABC sangat berguna di sini. Konselor meminta konseli bercerita tentang Antecedent event (A) seperti apa, Belief (B) seperti apa, dan Emotional consequence (C) seperti apa.
c.       Mengajarkan konseli bagaimana melawan dan merubah kepercayaan irasional, menggantinya dengan kepercayaan yang lebih rasional.
d.      Membantu konseli mengubah perilaku konseli.
2)      Teknik-teknik konseling  
Pendekatan REBT menggunakan berbagai teknik yang bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi konseli.
a.       Teknik-teknik Kognitif
-         Disputing irrational beliefs : konseling secara aktif mempersoalkan keyakinan tidak rasional dan konselor mengajari konseli cara mengatasi tantangan ketidakrasionalanya sampai ia mampu menghilangkan dan melunturkan kata “harus” dalam dirinya.
-         Doing cognitive homework : Konseli membuat daftar masalah mereka, mencari keyakinan absolut mereka, dan mempertentangkan keyakinan-keyakinan tersebut.
-         Changing one’s language : Konseli mempelajari bagaimana menyatakan bahasa yang tepat agar tidak terjadi pemikiran dan perilaku yang disfungsional.
-         Psychoeducational methods : Memperkenalkan konseli dengan berbagai macam komponen pendidikan dan membelajarkan konseli tentang hakikat permasalahan mereka dan bagaimana proses mengatasinya.
b.      Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
-         Rational emotive imagery : Konseli didorong untuk membayangkan salah satu kejadian pengaktif atau kesulitan terburuk yang dapat terjadi pada dirinya dan mebayangkan dengan jelas kesulitan ini sedang terjadi dan membawa sejumlah masalah ke dalam hidupnya.
-         Using humor : Penggunaan humor dapat membantu mengurangi keyakinan-keyakinan irasional dan perilaku self-defeating. Humor bisa sangat berharga untuk membantu konseli lebih santai dan tidak menganggap terlalu serius masalah hidup.
-         Role playing : Konselor menginterupsi untuk menunjukkan pada konseli bahwa apa yang mereka katakan sendiri pada konseli untuk mengubah perasaan yang tidak sehat menjadi perasaan yang lebih sehat
-         Shame-attacking exercises : Latihan untuk membantu orang mengurangi perasaan malu dalam melakukan sesuatu yang. Latihan ini ditujukan untuk meningkatkan penerimaan diri dan tanggung jawab serta membantu konseli memamndang bahwa sebagaian besar perasaan mereka tentang rasa malu berkaitan dengan cara mereka mengenali kenyataan.
-         Use of force and vigor : Penggunaan kekuatan dan energi sebagai salah satu cara untuk membantu konseli berpindah dari berwawasan intelektual menjadi berwawasan emosional.
c.       Teknik-teknik Behavioristik
Teknik ini konselor menggunakan prosedur behavioral standar, seperti pengkondisian operant,  prinsip manajemen diri, desensitisasi sistematis, teknik relaksasi, dan permodelan.
h.   Hasil – hasil penelitian
  • Penelitian yang dilakukan oleh Christos Papalekas yang berjudul “The effects of Rational and Irrational beliefs in determining unhealthy anger and anger functional and dysfunctional inferences” pada tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keyakinan rasional dan irasional dapat menentukan kemarahan yang tidak sehat dan kemarahan fungsional dan disfungsional.

  • Penelitian yang dilakukan oleh Daniel Fryer yang berjudul “Putting the Fun Back into Dysfunctional: Is the use of humour in Rational Emotive Behaviour Therapy a desirable condition or an amusing aside?” pada tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa humor adalah adalah teknik yang baik dan efektif  digunakan dalam psikoterapi pada umumnya dan Rational Emotive Behavior Therapy pada khususnya.

i.        Kelemahan dan Kelebihan
·      Kekuatan
  • Pendekatan REBT jelas, mudah dipelajari dan efektif. Kebanyakan konseli hanya mengalami sedikit kesulitan dalam mengalami prinsip ataupun terminologi REBT.

  •  Pendekatan REBT dapat dengan mudahnya dikombinasikan dengan teknik tingkah laku lainnya untuk membantu klian mengalami apa yang mereka pelajari lebih jauh lagi.

  •  Pendekatan REBT relatif singkat dan konseli dapat melanjutkan penggunaan pendekatan ini secara swa-bantu.

  • Pendekatan ini telah menghasilkan banyak literatur dan penelitian untuk konseli dan konselor. Hanya sedikit teori lain yang dapat mengembangkan materi biblioterapi seperti ini dan terus-menerus berevolusi selama bertahun-tahun dan teknik-tekniknya telah diperbaiki selanjutnya, dibuktikan efektif dalam merawat gangguan kesehatan mental parah seperti depresi dan kecemasan.

  1. Kelemahan

  •  Pendekatan ini tidak dapat digunakan secara efektif pada individu yang mempunyai gangguan atau keterbatasan mental, seperti schizophrenia, dan mereka yang mempunyai kelainan pemikiran yang berat.

  •  Pendekatan ini terlalu diasosiasikan dengan penemunya, Albert Ellis. Banyak individu yang mengalami kesulitan dalam memisahkan teori dari keeksentrikan Ellis.

  • Pendekatan ini langsung dan berpotensi membuat konselor terlalu fanatik dan ada kemungkinan tidak merawat konseli seideal yang semestinya.

  • Pendekatan yang menekankan pada perubahan pikiran bukanlah cara yang paling sederhana dalam membantu konseli mengubah emosinya.

j.        Sumber Rujukan

Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont, CA: Brooks/Cole.
Seligman, Linda. 2006. Theories of Counseling and Psychotherapy Sistem, Strategies, Skill. New Jersey ; Pearson prentice Hall
Parrot III, Les. 2003. Counseling and Psychotherapy Second Edition. Amerika : Thompson Books/Cole

Tidak ada komentar:

Posting Komentar