Selasa, 09 Juni 2015

Perjalanan (1)





Perjalanan (1)



Pada akhirnya perjalanan akan menjadi simpul kenangan yang akan kau ceritakan kepada kekasihmu, cucu-cucumu disebuah kurci malas. Mungkin bukan sebuah perjalanan yang begitu hebat namun tidak akan pernah menggantikan tawa yang muncul di setiap sudut-sudur bibirmu.... 


Sangat lama aku menunggu momen ini, diamana aku tak perlu diburu dan diingatkan bahwa ada tulisan lain yang jauh lebih penting dan menungguku, ya Tesis. Tesis ini menyita banyak waktu dan fikiran ku dan bukan cuma itu tapi membungkam jemariku untuk menulis refleksi perjalananku dibeberapa waktu lalu. Mereka berfikir bahwa menulis tesis jauh lebih penting.  Namun jika aku ingin jujur pada diriku sendiri, maka semua tulisan sama pentingnya, sama urgentnya,,,


Semuanya memiliki kekuatan pena.. Mempengaruhi orang lain, tapi kali ini tulisan ku bukan pula mempengaruhi tapi sebuah refleksi pegalaman. Pengalaman tentang sebuah perjalanan baru. 

Perjalanan,, apakah kau tahu, perjalanan selalu menyisakan kenangan melewati lorong-lorong waktu. Kita belari mengejar waktu dan mencoba melawan kecepatan waktu. Seperti perjalanan kita kemarin, seolah-olah kita terlepas oleh ikatan waktu dan berlari mengejar semua tujuan kita. 

Didalam sebuah perjalanan riak tawa selalu saja menemani, menjadi sahabat baik yang jarang kita temukan dibanyak waktu. Bahkan ketika kita bertemu dengan tawa, semuanya berbeda dengan tawa yang akan kau temukan diperjalan kita bersama-sama.  Aku tekadang tidak percaya dengan persahabatan dari sebuah perjalanan dan tawa. Mereka selalu saja bergandengan, tak perpisahkan. Mungkin persahabatan mereka terkadang dihantui oleh rasa kesal dan kepura-puraan, yaa kepura-puraan untuk terlihat baik-baik saja walau sang hati masih saja berontak merusak tawa. Namun pada akhirnya persahabatan dari sebuah penjalanan dan tawa  akan berakhir pada kesimpulan kita bersama dan tak terpisahkan,,


Mungkin dibeberapa waktu setelah kita kembali pada rumah masing-masing kita akan bertemu dengan kenangan. Kenangan yang membuat kita sadar bahwa perlajanan mengejar waktu itu lebih dari sekedar kenangan, tapi sebuah cerita yang harus kutuliskan dan harus ku kenang.. Begitu pula mungkin dengan kalian.. Pada masa kini semuanya digantikan dengan gambar yang mungkin kau ambil dari kotak yang begitu canggihnya.. Tapi gambar-gambar itu tidak akan pernah menggantikan kata, menggantikan kalimat-kalimat perjalanan kita kali ini. Tulisan yang bisa kau kenang bersama dengan kenangan yang melintas melewati pikiran-pikiranmu. 

Tulisan ini akan menjadi kenangan di perjalanan-perjalanan kita selanjutnya. Mungkin tidak bersama kalian tapi tawa  sudut-sudut bibir kalian tidak akan tergantikan dari puing-puing kenangan yang mungkin akan kau ceritakan pada kekasihmu kelak, ataupun pada cucu-cucumu disebuah kursi goyang. Tentang hebatnya sebuah perjalanan kita mengejar waktu dan mengejar pimpi-mimpi kita. Mungkin kemarin kita bejalan di tanah yang sama, disebuah pulau yang mereka katakan sangat indah, pulau dewata Bali. 

Namun menurutku perjalanan kita jauh lebih indah, dia menjadi simpul-simpul kenangan dan simpul-simpul tawa dalam cerita perjungan cita di kota kembang.
Semoga kita menemukan perjalanan selanjutnya, sebelum aku kembali ke kota ku,,, sehingga tulisan ini memiliki sahabat bagi  tulisan selanjutnya.
Good luck kawan.. ^_^




Minggu, 07 Juni 2015

SFBC (Solution Focus Brief Counseling)

SFBC (Solution Focus Brief Counseling)

A.    Nama Pendekatan
SFBC (Solution Focus Brief Counseling) merupakan pendekatan konseling yang berfokus pada terapi singkat yang menandang bahwa manusia mampu membangun solusi yang dapat meingkatkan kehidupannya.
B.     Sejarah Perkembangan
  • SFBC berkembang sejak 1980an
  • Beberapa pengembang pendekatan SFBC yaitu Steva De SHaser Iso Kim berg, disamping itu penbgembang yang juga memberikan kontribusi bagi perkembangan SFBC yaitu Michelle Weiner Davis, dan Bin O’halon.
  • SFBC lahir dari kebutuhan layanan terapi yang ceat, singkat dan efisien.
  • SFBC berbeda dengan dari terapi tradisional yang mengulang masa lalu tetapi berfokus pada saat ini maupun masa depan.
C.    Hakikat Manusia
  •   Manusia adalah mahluk yang sehat yang memiliki kemampuan dan kompeten
  • Manusia mampu membangun solusi yang dapat meningkatkan kehidupannya
  • Manusia selalu mengalami perubahan dan berubah dan perubahan tersebut benar-benar tidak terelakkan.
  • Ketika manusia mendapatkan masalah, terkadang seseorang stag, tidak bersabar dan menemukan solusi dari masalah. Padahal setiap mnusia memiliki solusi dari setiap masalah yang dihadapinya.
D.    Perkembangan Perilaku
1.       Struktur Kepribadian
  • SFBC tidak mengembangkan teori kepribadian seperti psikoanalisis dan Person centered, serta psikopatologi saat ini.
  • Konselor tidak bisa memahami secara pasti penyebab masalah karena hanya konseli saja yng tahu apa yang menyebabkan masalahnya terjadi
  • Konselor perlu tahu apa yang seseorang memasuki masa depan yang lebih baik dan sehat yaitu tujuan untuk lebih baik dan lebih sehat.
  •  Individu tidak bisa mengubah masa lalu tetapi dapat menugbah tujuannya.
  • Konselor perlu mengetahui karakteristik tujuan konseling yang baik dan produktif : Positif, proses, saat sekarang, praktis, spesifik, kendali konseli dan bahasa konseli. 
  • Sebagai ganti dari teori kepribadian dan psikopatologi, masalah dan masa lalu. SFBC berfokus pada saat sekarang yang dipandu oleh tujuan positif yang spesifik yang dibangun berdasarkan bahasa konseli yang dibawa kendalinya.
2.       Pribadi Sehat dan Bermasalah
  •  Pribadi sehat menurut SFBC yaitu pribadi yang tidak berkutat pada masalah, tetapi berfokus pada solusi dan bertindak mewujudkan solusi yang diinginkan.
  • Pribadi yang bermasalah menurut SFBC yaitu individu yang membangun kelemahan diri. Dengan cara membangun cerita yang diberi label “masalah” dan meyakini bahwa ketidakbahagiaan berpangkal pada dirinya. Serta pribadi yang berkutat pada masalah dan merasa tidak mampu  menggunakan solusi yang dibuatnya.
E.     Hakikat Konseling
  •  Konseli hendaknya memusatkan diri pada solusi daripada masalah agar terjadi perubahan yang bermanfaat
  • Strategi konseling yang dipandang efektif adalh menemukan dan mengubah exception atau pengecualian (saat individu bebas dari masalah) menjadi solusi strategis bagi konseli
  • Perubahan kecil dari konseli mengarah pada perubahan yang besar
  • Konseli adalah sumber dari penyelesaian maslaah itu sendir, jadi pada dasarnya maslaah yang terjadi pada konseli, terdapat solusi bagi masalah itu sendiri yang ada pada diri konseli itu sendiri.
  • Konselor hendaknya memusatkan pada pengembagan tujuan bermakna yang dibangun oleh konselor dan konselitanpa adanya tekanan.
F.     Kondisi Pengubahan
  1. Tujuan
Adapun tujuan konseling SFBC yaitu :
  • Mengubah cara pandang dan kerangka fikir konseli terhadap situasi.
  •  Mengubah cara pandang konseli terhadap situasi masalah yang menekankan pada kekuatan dan sumber daya konseli.
  • Konselor menekankan pada “solution talk” konseli, dari pada “problem talk” dengan asumsi bahwa apa yang dibicarakan adalah sebagian besar dari apa yang akan dihasilkan
  •  Berbicara tentang perubahan dapat menghasilkan perubahan. Secepat individu belajar untuk berbicara dalam  istilah kemampuan  dan  kompetensi mereka, apa sumber daya dan kekuatan yang mereka miliki, dan apa yang siap mereka lakukan  dan mengerjakannya, mereka dapat mencapai hal utama dalam konseling. 
  1. 2.    Sikap, peran, dan tugas Konselor
  •  Konselor menghindari adanya eksplorasi masalah koseli 
  •  Konselor menbantu konseli mencapai tujuan secara optimal dengan jumlah pertemuan yang relative sedikit. 
  • Konselor meyadari bahwa pemahaman terhadap masalah penyebabnya tidak memberikan solusi karena itu konselor memusatkan pda tindakan konseli dan menghindari pembahasan masalah yang dilami koseli. 
  • Mengidentifikasi dan memandu konseli mengeksplorasi kekuatan-kekuatan dan kompetensi mereka miliki 
  •  Membantu konseli mengenali dan membangun exception pada masalah, dan menjadikan exception tersebut sebagai solusi dari maalah konseli
  • Melibatkan konseli untuk berpikir tentang masa depan mereka dan apa yang mereka inginkan yang berbeda di masa depan.
  • Konselor mengambil posisi “tidak mengetahui” untuk meletakkan konseli pada posisi sebagai ahli mengenai kehidupan mereka sendiri. Konselor tidak mengasumsikan diri sebagai ahli yang mengetahui tindakan dan pengalaman konseli
  • Membantu konseli dalam mengarahkan perubahan tetapi tidak mendikte konseli apa yang ingin diubah
  • Konselor berusaha membentuk hubungan yang kolaboratif dan menciptakan suatu iklim yang respek, saling menghargai dan membangun suatu dialog yang bisa menggali konseli untuk mengembangkan kisah-kisah yang mereka pahami dan hayati dalam kehidupan mereka
3.      Sikap, peran, dan tugas Konseli
  •  Mau dan mampu berkolaborasi dengan konselor 
  • Aktif terlibat dalam  proses konseling 
  • Memiliki motivasi untuk menyelesaikan masalah

4.      Situasi Hubungan
  • Situasi hubungan menekankan pada kolaborasi antara konselor dan konseli untuk menemukan solusi bersama
  • Konselor berada pada posisi “not knowning” terhadap diri konseli dan meletakkan konseli pada posisi sebagai ahli mengenai kehidupan mereka sendiri 
  • Membentuk hubungan kolaboratif dan menciptakan suatu iklim yang respek, saling menghargai dan membangun suatu dialog yang bisa menggali konseli untuk mengembangkan kisah-kisah yang mereka pahami dan hayati dalam kehidupan mereka.

G.    Mekanisme pengubahan
1.      Tahap-tahap konseling
  • Establishing rapport : pembentukan hubungan baik untuk iklim yang kolaboratif antara konselor dengan konseli.
  • Identifying a solvable complaint : mengidentifikasi keluhan-keluhan yang akan dipecahkan.
  • Establishing goals : menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam proses konseling.
  •  Designing an intervention atau merancang intervensi.
  • Strategic task  that promote change : pemberian tugas tertentu pada koneli untuk membangun perbahan.
  •  Identifying & emphazing new behavior & changes : mengidentifikasi dan menguatkan perilaku baru dan perubahan.
  •  Stabilization atau stabilisasi
  •   Termination atau pengakhiran dimana konselor mengidentifikasi keberhasilan konseling.

2.      Teknik-teknik konseling     
  •   Exeption-Finding Questions: Konselor memberikan pertanyaan tentang saat-saat dimana konseli bebas dari masalah, Konselor SFBC mengajukan ask exeption question untuk menempatkan konseli pada waktu ketika tidak ada masalah, atau ketika masalah yang ada tidak kuat. Pengecualian merupakan pengalaman hidup konseli di masa lalu ketika dimungkinkan  masalah tersebut masuk akal terjadi, tetapi entah bagaimana hal itu tidak terjadi.  
  • Miracle Questions: Pertanyaan yang mengarahkan konseli berimajinasi apa yang akan terjadi jika suatu masalah dialami secara ajaib terselesaikan. contohnya “ jika suatu keajaiban terjadi dan masalah Anda terpecahkan dalam waktu semalam, bagaimana Anda tahu bahwa masalah tersebut terselesaikan, dan apa yang akan berbeda?”. 
  • Scaling Questions: Pertanyaan yang meminta konseli menilai kondisi dirinya (masalah, pencapaian tujuan) berdasarkan skala 1-10. teknik ini bertujuan untuk mengubah pengalaman konseli yang tidak mudah diobservasi, seperti perasaan, keinginan atau komunikasi
  •  Coping Questions: Pertanyaan yang meminta konseli mengemukakan pengalaman sukses dalam menangani masalah yang dihadapi. 
  •  Compliments: Pesan tertulis yang dirancang untuk memuji konseli atas kelebihan, kemajuan, dan karakteristik positif bagi pencapaian tujuannya. 
                 


I.       Kelemahan dan Kelebihan
1.      Kelebihan
  •  Menekankan pada singkatnya waktu konseling
  • Fleksibel dan mempunyai banyak riset yang membuktikan keefektifannya 
  •  Bersifat positif untuk digunakan dengan konseli yang berbeda-beda.  
  • Difokuskan pada perubahan dan dasar pemikiran yang menekankan perubahan kecil pada tingkah laku
  • Dapat dikombinasikan dengan pendekatan konseling lainnya


2.      Kelemahan
  • Pendekatan ini hampir tidak memperhatikan riwayat konseli, sehingga kurang memfokuskan pencerahan 
  • Pendekatan  ini menggunakan tim, setidaknya beberapa praktisi, sehingga membuat perawatan ini mahal

1.      Sumber Rujukan

Corey, Gerald. 2009.Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy Eigh Edition. USA: Thomson Higher education

Frangklin, et al. 2008. Effectivenes of solution –Focused Brief Therapy in a School Setting. (online). (http://www.redorbit.com/news/educatiion). Diakses 23 November 2013

Gladding, Samuel T. 2012. Counseling a Comprehensive Profession, sixth edition (terjemahan). Jakarta Barat: PT Indeks

Newsome, S. 2003. The Effectiveness and Utility of Solution Focused Brief Therapy (SFBT) With a Risk Junior High School Student  : A Quasi Experimental Study. (online). (Http://kb.osu.edu/dspace/bitstream/handle). Diakses 23 November 2013