Rabu, 26 Agustus 2015

Sebuah Gugatan di 20 Agustus 2015

Sebuah Gugatan



Mengapa kau begitu kejam, memenjarakan semua rasaku, seakan kau penjaga yang paling tahu bahwa rasaku bersalah
Atau mengapa kau terlalu senang menghukum semua caraku, seakan caramu yang paling benar dan terbaik bagiku,,


Aku adalah aku
Tak perlu kau penjarakan aku seperti itu atau kau hukum aku agar semuanya sesuai dengan inginmu… sesuai aturanmu
Kau harus tau,, bahkan ketika kau memenjarakan aku tak pula kau bisa..
Akupun tahu, aku hanya jiwa yang terjebak dalam jasad ku ini..
Aku, cintaku, akan hilang  bersama dengan waktu.


AKu yang lahir dari rentetan waktu, bertemu denganmu karena alsan waktu dan akan berpisah denganmu karena waktu pula.
Ya waktu,, Waktu itu penjara sesungguhnya, Bukan kau dan bukan dia
Namun walapun semuanya memenjarakanku.  Aku tetaplah aku yang bebas, aku adalah aku dalam diriku dan jiwa ku yang bebas
Aku bebas merasa, mencinta dan menikmati puisi bahkan dalam diam dan dalam kebencianku sekalipun.


Aku bersama jiwaku akan bebas, bersama cintaku yang bebas
Hatiku merdeka terbebas dari apapun. Maka kebahagiaan pun adalah kebebasan .
Kebahagiaan adalah dimensi rasa yang bebas, dan aku memilih bahagia, memilih kebebasan bahkan di banyak keterbatasan
Aku bahagia karena aku memilih dan aku bersyukur….

Maka tak perlulah kau berusaha penjarakan rasaku

Pesan Kematianku



Teruntuk konseliku, yang merasakan kisah ini..
Entah ini layak disebut puisi atau tidak, namun aku merasa kisahmu layak ku abadikan
Semoga bisa menjadi energi baru bagi dirimu,


Pesan Kematianku


Sebelum kematianku, ijinkan aku menuliskan kabar datangnya kematianku…
Sebelum aku menjemput ajal
Maka kumohon padamu,, buatkan aku keranda bambu
Mungkin besok akan kau pikul bersama dengan jasadku yang kaku dan bebal

Sebelum kematianku,, ijinkan aku menitipkan pesan
Pada langit, pada sungai, pada laut dan pada pohon-pohon yang masih bersetia
Pesan tentang aku dan sang kehidupan
Seberkas kisah yang larut bersama puisi, kerinduan dan cinta

AAaachhhh…. Dasar Cinta..
Cinta yang selalu saja menjelma menjadi kebahagiaan bagi orang beruntung
Tapi tidak dengan aku dan dibanyak cerita
Aku memang tidak seberuntung mereka, Menikmati cinta yang berbahagia,, kisahku hanya sepenggal kisah buntung…

Sebelum kematianku, Ijinkan aku pamit bersama cintaku
Aku yang akan terkubur bersama cintaku yang buntung dan tak tau diuntung
Maka jika terbesit kerinduan kepadaku,, aku terkubur di bawah pohon bertulisan nisanku,,
Aku tak pernah takut dengan kematian,,, kematian bukan penjara tempatku terkurung

Semoga pesanku sampai sebelum kematianku
Agar tak hanya nisanku yang akan kau dapati
Aku tak menyukai tangisan di atas kuburanku
Sebelum kematianku, semoga janji ku padamu telah tertepati
Maka berjanjilah jangan pernah kau menagisi nisanku ataupun meraug di atas kuburanku
Jangan Kau Sesali

Aku yang hanya sebuah kisah cinta dan kematian yang terbunuh oleh tuannya
Ya.. Terbunuh olehmu tepat kau menusuk jantungku, kehidupanku
MUNGKIN



Berterima Kasihlah Pada Sang Pemilik Kehidupan



Berterima kasihlah kepada kehidupan, kehidupan selalu menerima dirimu, seburuk apapun kisah sejarah yang pernah kau torehkan, kehidupan selalu saja seperti itu, tak menolakmu dan tak pula mengucilkan dirimu bahkan enggan beranjak dari jiwamu sampai janjinya untuk tetap bersama jiwamu berakhir. Apupun dirimu kehidupan tetaplah kehidupan.

Kita hidup dalam sebuah kehidupan yang dianugrahkan Tuhan, tanpa kita sadari kita menjelma sebagai penulis buku sejarah kehidupan kita masing-masing dan hanya akan berakhir jika nyawa beranjak dan nafas tak lagi kuat untuk tertarik lagi. Diakhir perjalanan kehidupan sejarah itu menjelma menjadi buku dengan bab-bab kehidupan kita. Dalam setiap bab kehidupan, kita memiliki cerita tersendiri, apakah itu kebahagaain ataupun kekecewaan yang mewarnai perjalanan panjang ini. Kita berjalan dalam rentetan peristiwa yang bergandengan tangan dengan waktu. Waktu yang terus menuntun dan tak pernah menunggu.

Sungguh kehidupan adalah indah, walaupun kekecewaan selalu saja menghampiri. Walaupun disetiap perjalanan selalu saja ada cerita sesak yang dituliskan, tapi itu tetaplah kehidupan. Kehidupan tidak hanya tentang bahagia, kehidupan juga tak hanya kekecewaan. Tapi lebih dari semua itu, kehidupan adalah proses belajar terus menerus, memaknai setiap kebahagiaan dan kekecewaan.

Namun kehidupan bukan segalanya kawan, kehidupan hanyalah pemberian. Pemberian dari sang pemilik kehidupan. Jika saja kehidupan bisa menerimamu dengan apa adanya, maka sang pemberi kehidupan jauh dari sekedar menerima, namun menyayangi dan mengasihimu.

Berterima kasih dan bersyukurlah kepada pemilik kehidupan yang telah memeberikan segalanya. Walau dalam coretan dan bab-bab kehidupan ini terkadang banyak jalan yang terjal dan berkerikil yang harus dijalani dengan kaki telanjang. Namun percayalah aka ada jalan yang lembut yang akan kau temui setelah perjalanan yang mungkin menyakitkan dan perih. Karena ketika tiba saatnya kau akan tahu sebelum kau sampai pada perjalanan yang indah kau harus memiliki jiwa yang lebih kuat agar kau tahu tentang kesyukuran dan kesadaran akan berempati kepada orang lain. Milikilah keyakinan bahwa dalam perjalanan perih dan berbatu, meskipun sakit tetaplah ia perjalanan menuju kebahagiaan sampai akhirnya perjalanan kebahagiaan tiba, dan kau akan lupa perjalanan perihmu seakan kau tak pernah melewatinya.

Sungguh itulah kehebatan manusia, mereka menangis dan kemudian tertawa sejadi-jadinya dalam waktu yang sekejap. Mereka mencintai seperti mereka tidak akan meninggalkan dunia ini ataupun mereka berbahadia seperti tak pernah tahu bahwa kepedihan tak pernah dilahirkan di dunia dan mereka tak pernah merasakannya.

Maka jika terjadi kesedihan, bersedihlah dengan sewajarnya, jangan meraung seakan-akan kau takan menemukan kebahagiaan. Lalu berbahagilah sewajarnya agar kau tetap tau arti bersyukur dan sadar tentang berempati. Dunia ini walaupun sebuah perjalanan tetaplah ia adalah sejarah yang harus di pertanggung jawabkan kepada sang pemilik kehidupan. Maka menulislah sejarah kehidupanmu dengan bab-bab yang baik. Ya tentulah kita manusia biasa, kita hanyalah manusia yang mungkin senantiasa bersalah. Tapi apalah daya kita selain belajar. Kita dilahirkan menjadi penulis bab-bab kehidupan dan sebagai pebelajar tiada henti.

Terus saja kita belajar di Universitas kehidupan tanpa henti dan tanpa tanda lulus. Kelulusan hanya dapat diambil di pengadilan Tuhan Nanti. Semoga kita lulus dan tulisan kita diterima dengan nilai yng memuaskan.

Terima Kasih Tuhan, ENGKAU memberiku nafas dan dengannya aku hidup
Terima kasih karena telah memeberiku kepayahan dan dengannya aku belajar tentang begaimana aku berdiri dan melangkah dengan kuatnya.
Terima Kasih atas segala kesedihan karena dengannya aku belajar tentang perih dan denganya aku belajar bersyukur dan mencari jalan keluar
Terima kasih dengan Segala kebahagiaan dengan dengannya aku berlari dan tertawa seakan aku manusia yang paling disayangi olehmu.
Terima kasih Tuhan, sang pemilik kehidupan yang Maha Dermawan.

#selftalk #selfcontemplation #Selfreflection

Karena menulis adalah cara terbaik untuk menegur dirimu sendiri