Minggu, 20 Juli 2014

Sesungguhnya kebahagiaan dan kesedihan itu sangat tipis jaraknya...



Selamat sore teman-teman,,, Semoga hari ini kita senantiasa diberkahi cahaya keindahan akhlak dalam diri kita, semoga keindahan akhlak kita senantiasa membawa kedamaian dan kebaikan bagi setiap orang-orang disekitar kita. Amin

Sesungguhnya antara kesedihan dan kebahagiaan, antara sakit dan sehat, antara tawa dan tangis, antara lapar dan kenyang, antara perasaan kaya dan miskin, bahkan antara hidup dan mati itu sangat tipis jaraknya,, keduanya sangat dekat sampai perubahan yang terjadi bahkan tidak bisa kita prediksikan.
Seperti dijelaksan dalam cerita nabi adam dan hawa takkala berada di surga, merasakan kebahagiaan yang luar biasa dan hanya dalam waktu tak begitu lama kebahagiaan itu berubah menjadi kesedihan tak kala mereka memakan buah khuldi yang di larang oleh Allah SWT. Mereka kemudian di lempar ke bumi dan saling berpisah satu sama lain dan saling mencari selama kurang lebih 100 tahun lamanya. 

Mungkin kita juga diantara kita pernah merasakannya bagaimana ketika kita bersama orang yang kita sayangi beberapa jam, bahkan menit yang lalu dan setelah itu kita mendapati mereka telah dipanggil oleh yang maha kuasa, atau ketika beberapa jam lalu kita merasa sehat bugar dan beberapa menit kemudian kita merasa sakit perut karena maag,  atau gangguan yang lainnya dan tentunya kita merasa tidak nyaman karena sakit.

Dan pada saat kita merasa kesusahan, sakit atau pada kondisi yang tidak kita inginkan kita merasa sangat menderita,  kita lupa bahwa segala nikmat saat kita pada kondisi yang baik,, saat kita bahagia, saat kita sehat, saat kita berkecukupan, saat  kita tertawa adalah kondisi yang biasa, dan kondisi yang tidak menyenangkan adalah kondisi yang tidak biasa padahal kita telah tahu bahwa Allah telah menciptakan semuanya dengan berpasang-pasangan.  Jika kita menganggap bahwa kondisi yang nyaman adalah kondisi yang biasa, maka tentunya kondisi tidak nyaman juga adalah hal yang  biasa kan???

Mengapa kemudian kita merasa menderita pada saat ada dalam kondisi yang tidak kita inginkan, contohnya sakit, menagis, sedih karena sesungguhnya pada saat itu kita baru menyadari bahwa betapa kondisi sehat itu, betapa tertawa itu, betapa bahagia itu sangat menyenangkan dan sangat mahal harganya, terkadang dalam hidup ini kita sering lupa berterima kasih pada kondisi yang nyaman dalam hidup. Kita lebih banyak lupa untuk berterima kasih pada orang tua yang telah menyayangi kita, padahal coba bayangkan bagaimana ketika mereka tidak ada lagi untuk menyayangi kita, kita lupa berterima kasih pada Tuhan ketika kita sehat, kita lupa berterima kasih pada orang-orang yang telah menyayangi kita, kita lupa berterima kasih pada semua hal yang membuat kita merasa nyaman. Kita lupa bahwa sesungguhnya bersyukur itu sangat sederhana, sesederhana berterima kasih pada Tuhan dan orang-orang disekitar kita yang telah memberikan kenyamanan dalam hidup. 

Dalam hidup ini tanpa kita sadari, kita menjadi manusia kebiasaan, aku meminjam istilah manusia kebiasaan ini dari seorang Ajhan Bram seorang penulis buku cacing dan kotoran kesayangannya. Bahwa tanpa kita sadari semua yang terjadi dalam hidup kita adalah sebuah hal yang biasa, kita bernafas, kita bahagia, kita sehat, kita berkecukupan, kita makan adalah hal yang sudah biasa dan merupakan rutinitas, akhirnya tanpa kita sadari segala nikmat itu bukan hal yang perlu di syukuri dengan rasa berterima kasih. Bukan sesuatu hal yang luar biasa karena tuhan masih memberikan rahmat untuk bernafas, merasakan sehat, merasakan bahagia. Makanya ketika kondisi itu berbalik kita sangat terpuruk dan merasa Tuhan tidak menyayangi kita, atau merasa sangat sedih dan kebahagiaan itu begitu jauh.. Bukan karena kondisi nyaman itu begitu jauh tapi karena kita selalu menganggap bahwa kondisi nyaman itu adalah hal biasa dan lupa untuk berterima kasih dan bersyukur. 

Tapi sesungguhnya, bahkan dalam kondisi terburuk pun Tuhan merencanakan yang baik untuk kita, contoh cerita Nabi Adam dan Hawa, Walaupun mereka telah keluar dari Surga, karena buah khuldi, tapi jika seadainya mereka tidak melakukan itu mungkin saja hari ini kita tidak bisa merasakan kasih sayang orang tua, bermain blog, sekolah, facebook, makan, menikmati dunia ini,, walaupun sesungguhnya dunia ini adalah sebuah perjalanan untuk mendapat Ridho Allah SWT menuju apa yang telah dijanjikannya, semoga Allah senantiasa menunjukkan jalan yang lurus bagi kita semua. Amin Ya Rabb...

Aku yakin ketika kita mampu senantiasa berterima kasih, senantiasa melihat bahwa kondisi yang nyaman itu bukan sesuatu hal biasa tapi anugrah yang diberikan setiap harinya,, segala sakit bukan lagi hal yang aneh, sakit, sedih adalah hal yang biasa terjadi dalam hidup,, kita akan menikmati apapun yang Allah telah diputuskan oleh kita,, Segala cobaan yang kita alami,, apakah itu berupa sakit, sedih apapun bentuknya akan senantiasa menjadi sebuah universitas kehidupan bagi pribadi kita, bagi akhlak yang jauh lebih baik,,tidak membawa derita yang mendalam namun membawa kedamaian bagi perbaikan jiwa yang semakin tercerahkan untuk lebih mendekat pasa sang pencipta, pada sang Maha Pengasih, Maha pemurah, Maha mengetahui dan Maha pemberi Rahmat. 

Terima kasih Ya Allah karena limpahan Rahmat mu engkau masih membiarkan otak ku bekerja, dan jari-jariku untuk menulis,, Engkau masih memmbiarkan hatiku diberi cahaya untuk senantiasa melihat segala rahmatmu dan terima kasih karena Engkau masih membiarkanku berterima kasih Kepada-MU ya Allah.
Semoga kita senantiasa diberikan Rahmat, cahaya di hati kita untuk tetap menyebar kebaikan dan kedamaian  di sekitar kita. Amin Ya Rabbal Alamin.

Salam Kasih Perempuan Hujan

Sabtu, 19 Juli 2014

konseling kedamaian hati: Berdamai dengan Hati

konseling kedamaian hati: Berdamai dengan Hati: Selamat Sore, Semoga pada sore hari ini kita semua senantiasa diberkahi kedamaian jiwa dan kebahagiaan oleh Tuhan yang maha membolak-ba...

Berdamai dengan Hati



Selamat Sore, Semoga pada sore hari ini kita semua senantiasa diberkahi kedamaian jiwa dan kebahagiaan oleh Tuhan yang maha membolak-balikkan hati manusia. Amin

Sejak dulu aku sering bercerita kepada seorang sahabat, setiap masalah yang kualami selalu kuceritakan, baik kemarahan dengan teman lain, masalah hubungan. Kami berbagi cerita tentang apapun masalah hidp yang menimpa kami untuk saling belajar dan mendengarkan satu sama lain, dan terkadang kami sampai pada suatu kesimpulan yaitu mari berdamai dengan hati dan memaafkan diri kita sendiri.

Saya kira kata itu cukup bijak bagi kami dan tentunya cukup mendamaikan untuk menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah itu. Namun seperti biasa pada usia 20-an seperti aku banyaknya masalah terkadang membuat aku bertanya apakah berdamai dengan hati itu cukup ?? apakah dengan memaaafkan diri sendiri ini sudah cukup?? Sedangkan aku menginiginkan sesuatu yang tidak cukup dengan berdamai dengan diri atau bahkan memaafkan diri sendiri???,, Jika itu menyangkut masalah hubungan, bagaimana mungkin aku menyelesaikannya dengan berdamai dengan diriku sedangkan konflik itu muncul disebabkan karena aku dan pasanganku terjadi ketidak cocokan. Aku merasa bukan seharusnya aku yang berdamai dengan diriku sendiri tapi aku dan dia yang harus berdamai dahulu., dia harus berubah pada hal yang sesugguhnya tidak kusukai, dan begitu pula sebaliknya.

Pada saat terjadi konflik baik itu dengan sahabat, teman, saudara bahkan pasangan/pacar/(sejenisnya, etc ) kita merasa kita harus saling memperbaiki diri, kita harus saling berubah demi kebahagiaan teman kita, sahabat kita, keluarga kita ataupun kebahagiaan pasangan kita. Tapi masalahnya adalah defenisi memperbaiki diri apa yang kita inginkan, apakah dengan merubah diri mereka seperti keinginan kita?? Aku yakin bahwa itu yang kita maksud.  Maka ketika seseorang berperilaku tidak sesuai dengan yang kita inginkan kita akan marah dan merasa kecewa dan mengatakan bahwa mereka belum berubah.

Jika kekecewaan ini pada kondisi kita sedikit lebih sadar dan bisa sedikit mengelola amarah maka kita akan meminta orang yang berkonflik dengan kita untuk saling memperbaiki diri. Namun jika amarah itu tidak terkelola dengan baik maka kita akan terjadi pertikaian, pengrusakan hubungan, putus, saling mencaci dan semua hal yang menyangkut bagaimana kita bisa menyakiti orang lain, apakah itu teman, sahabat atau pasangan kita, setidaknya mereka bisa merasakan sakit seperti yang kita rasakan, agar mereka merasa kapok dan tidak ingin melakukannya lagi.

Tapi tahukah bahwa ketika perasaan marah dan ingin menyakiti orang lain itu terus kita lakukan , tanpa sadar kita akan lupa arti dari kebaikan itu sendiri, kita lupa arti dari menyayangi dan belas kasih itu seperti apa, yang ada hanyalah amarah, menyakiti, dan kalian tahu bahwa marah ataupun menyakiti orang lain itu bagai meminum air laut. Semakin kamu meminumnya semakin itu pula engkau akan kehausan. Semakin kamu mengikuti amarahmu dan menyakiti orang lain maka semakin kamu takan akan pernah puas untuk terus melakukkannya. Kita telah ketuahui bersama bahwa keduanya merupakan nafsu, dan bukan merupakan kebaikan yang Tuhan inginkan dari kita sebagai manusia.

Aku belajar dari keburukan yang telah keperbuat, ketika marah dan keinginan menyakiti itu muncul. Sekali aku menyakiti dan memarahi orang lain maka aku semakin tidak puas dan terus ingin marah dan menyakiti orang lain, berkata kasar dan banyak hal. Sampai pada suatu waktu yang hening aku mulai mencari apa yang telah aku lakukan dalam keadaan marah,, aku membuka pesan-pesanku, aku membuka chat ku dan yang kudapati adalah aku tidak percaya bagaimana mungkin aku melakukan ini. Dan pada saat aku tersadar aku menyesali perbuatanku, menghujat diriku sendiri dan berandai-andai bahwa ketika aku tidak marah mungkin tidak akan terjadi seperti ini dan seperti itu.  Aku mencari cara bagaimana menyelesaikan ini dan itu secara cepat, berjuang, memotivasi diri dan mengerahkan seluruh tenaga untuk menyelesaikaannya. Tapi ternyata semakin aku berjuang, semakin aku memotivasi diri semakin aku tidak sabar dan semakin aku mencari cara ini itu untuk menyelesaikannya dan saat itu pula aku merasa tersiksa. Merasa tersiksa karena kerja hidup dan perubahan sikap dari orang yang kusakiti begitu lambat, sedangkan aku ingin secepatnya melihat perubahan itu dan akhirnya aku tersadar bahwa aku telah memenjarakan diriku sendiri. 

Karena sesungguhnya begitulah kita, kita selalu menginginkan cepat. Kita akan mendongkol ketika internetan dengan jaringan yang lemot, kita mengeluh ketika memesan makanan dan begitu lama disiapkan, kita marah ketika seseorang telat, kita begitu kesal ketika pekerjaan teman begitu lambat bahkan mungkin kita merasa tuhan tidak menyayangi kita ketika doa kita lambat di kabulkan. Sehingga sulit bagi batin kita untuk slow down, selalu ingin cepat.

Pada suatu saat, aku membaca buku, dan disanalah aku belajar tentang memperlambat kerja batin. Maka aku mencoba memperlambat kerja batinku, maksudku adalah aku mulai belajar bahwa aku tid ak bisa mengendalikan semua hal yang terjadi dalam hidupku. Bahwa terkadang kita hanya bisa terdiam, menerima bahwa masalah yang terjadi dalam hidup kita, ketidakcocokan, konflik yang terjadi hanya bisa kita rasakan dan kita tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya. Kerja batin yang lebih lambat disini adalah kita belajar menerima apapun yang terjadi, tidak merencanakan apapun namun melakukan kebaikan yang bisa kita perbuat, memberikan kasih tanpa harus bertanya mengapa itu terjadi, mengapa ini terjadi dan mengapa semua terjadi pada diri kita????.... 

Semakin aku belajar menerima bahwa aku tidak bisa melakukan apa-apa bahwa aku tidak bisa mengendalikan apapun yang ada disekitarku, aku semakin bisa menemukan kedamaian dan kualitas kasih kita semakin meningkat, kedamaian yang kumaksud disini adalah aku tidak lagi mengharap bagaimana seharusnya orang lain berperilaku kepadaku,, apapun itu baik, atau buruk semuanya kuterima, dan tidak berpengaruh secara negatif kepadaku. 

Dalam fase seperti ini aku menemukan bahwa konflik apapun yang terjadi dalam setiap hubungan baik itu persaudaraan, pertemanaan percintaan dan persahabatan karena masing masing pihak ingin mempertahankan apa yang mereka inginkan dan menolak apapun dari orang lain,, ketika masing-masing bisa saling menerima apapun itu,, baik atau buruk sesuai atau tidak sesuai maka kamu akan menemukan hubungan yang saling mendamaikan. Karena sesungguhnya kita tidak bisa lepas dari hubungan, kita lahir dari sebuah hubungan dan kita hidup dari banyak macam hubungan. Baru kemudian aku baru menyadari bahwa berdamai dengan hati adalah begaimana menerima diri kita, bahwa kita tidak bisa melakukan apapun,  kita tidak bisa mengendalikan apapun yang terjadi dalam hidup ini dan kita tidak bisa mengatur orang lain sebagaimana yang kita inginkan. 

Ketika aku menyadari esensi berdamai ini, aku merasakan bagaimana cinta tanpa syarat itu, bagaimana aku bisa begitu tenang ketika aku mengetahui ada orang lain yang membicarakan kejelekanku, atau ketika aku mendapati kata-kata kasar yang kuterima, aku hanya tersenyum dan tidak melakukan apa-apa dan semuanya begitu saja, tidak ada rasa sakit, tidak ada niat membalas,, tidak ada begitu kosong dan begitu damai,, aku menikmati momen saat ini.  Mungkin ini yang dimaksud dengan kekuatan dari sebuah kedamaian hati, seseorang yang mampu berdamai dengan diri,, sampai sekarang pun aku masih dalam proses ini,, aku masih belajar dan masih melakukan observasi pada diriku sendiri.. 

Yang bisa kita lakukan hanyalah kita adalah manusia yang berusaha untuk senantiasa berperilaku baik, memberikan kebaikan pada setiap orang, memberikan kasih sayang pada setiap orang.
Kita hanya bisa menyadari dan menerima kita adalah manusia yang tidak lepas dari keburukan tapi setidaknya dalam kehidupan, kita senantiasa menanam kebaikan dan tidak pula kita menghilangkan keburukan tapi terus menanam kebaikan dan dengan proses keburukan itu lenyap karena keindahan kebaikan yang kita lakukan. Seperti pada tulisan yang aku posting sebelumnya bahwa segala kebaikan ataupun keburukan tidak bisa kita hilangkan, tapi bagaimana kita menyelami keburukan itu dan mendapatkan suatu kebaikan dan kedamaian dalam hidup..

Aku mengingat salah satu ungkapan seorang sahabat dan kusesuaikan dengan kata yang pas untukku, bahwa aku menulis bukan karena aku sempurna, atau karena aku menguasainya. Aku menulis karena aku berbicara pada diriku sendiri dan berupaya untuk menegur diriku sendiri. Semoga bermanfaat pula bagi orang lain.
Semoga kita semua mendapatkan rahmat dan hidayah dari Allah di bulanRamadhan ini,, dan semoga kita senantiasa diberikan cahaya kebaikan dalam hati kita..
Amin Ya Rabbal Alamin.

Senin, 14 Juli 2014

Marah..???

 

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Semoga hari ini kita senantiasa diberkahi rahmat Allah dan berkahi dalam setiap aktifitas kita 
 
Sebagai manusia marah merupakan hal yang wajar disebagian besar orang,,, marah adalah salah satu bentuk emosi manusia, selain rasa cinta, bahagia, takut, cemas, dan emosi lainnya. Pada kasus marah kita sering merasa bahwa ada hal yang tidak beres yang dilakukan orang lain pada kita atau mungkin kita merasa bahwa orang lain telah begitu tega menyakiti kita sedangkan kita telah begitu baik padanya.

Pada saat yang sama pula, marah kita sedemikian  menjadi karena fikiran kita melakukan pembenaran atas apa yang kita lakukan dan rasakan dan tentu saja semakin memperkuat persepsi kita bahwa kita mengalami ketidakadilan yang disebabkan oleh orang lain dan orang lain adalah pelaku yang telah menyakiti dan bersalah serta harus dihukum,,

Pada kehidupan kita sehari hari,,, saat ada kecoa, tikus,ataupun binatang lainnya yang mengganggu kita,, kita secara refleks ingin membunuh dan menghilangkan rasa yang mengganggu, jika pada kasus kecoa atau tikus,, kita akan membeli pembasmi hama untuk menghilangkan kecoa pengganggu ataupun tikus yang kita anggap menjijikkan. Sayapun salah satu pelaku di dalamnya ketika terdapat tikus,, saya akan berupaya membasmi tikus dengan pembasmi hama,, tanpa kita sadari bahwa itu telah menjadi kebiasaan kita,, ketika kita merasa marah atau disakiti,, kitaa kan berupaya menghilangkan kesakitan itu,,,apakah dengan cara menghilagkan rasa sakit itu dengan balas dendam, atau dengan lari dari masalah itu dengan mencari pelarian, baik melalui alkohol, narkoba ataupunsemua bentuk pelarian lain yang sesugguhnya tidak menyelesaikan masalah namun menimbulkan masalah baru.

Perilaku-perilaku kita yang terbiasa menghilangkan semua pengganggu dalam hidup kita akhirnya cenderung  mempercayai bahwa hanya dengan menghilangkan  rasa sakit kita mampu kembali merasa nyaman dan bahagia. JIka pengganggu tidak dihilangkan membuat kita cenderung sangat merasa terpukul ketika menghadapi masalah, kita marah dan larut dalam kemarahan itu. Akhirnya terkadang kita berupaya menyerang orang yang kita anggap menyakiti kita apakah dengan menggunakan kata-kata kasar, menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis bahkan dengan mengarang cerita yang tidak benar dan tidak kita lakukan untuk mengkondisikan orang lain yang menyakiti kita merasakan sakit yang kita rasakan atau bahkan lebih sakit dari yang kita alami, dan secara tidak sadar kita telah memfitnah diri sendiri dan ketika marah kita mereda, yang kita dapati adalah kita tidak bisa melakukan apa-apa, dan menjelaskan apapun.

JIka pada kondisi yang cukup tenang, kita akan menyalahkan diri sendiri dan menyesali perbuatan kita,, namun pada kondisi yang tidak stabil mungkin kita akan semakin marah, menyalahkan orang lain bahkan semakin memperbesar kemarahan kita,,,

Seorang teman pernah menanyakan kepada saya apakah dengan menyalahkan diri sendiri dan menyesali perbuatan yang kita lakukan adalah hal yang sudah cukup baik dibandingkan dengan marah dan menyalahkan orang lain,, sejenak aku merasa setuju dengan itu, tapi ternyata keduanya tidak cukup baik untuk kita lakukan. Pada opsi kedua memang sudah barang tentu tidak baik tapi bagaimana dengan opsi pertama??

Menyalahkan diri sendiri dan menyesali tidak cukup baik untuk dilakukan sebab dengan menyalahkan diri sendiri kita masih terus berfokus pada benar atau salah, siapa yang perlu dihukum dan siapa yang perlu dikasihani. JIka kondisi ini berlangsung bukankan kita telah menghukum diri kita sendiri dalam suatu kehidupan yang menyalahkan diri kita sendiri, kita tidak menerima diri kita sendiri, bahwa kita adalah manusia biasa  yang punya kesalahan, punya kesempatan untuk berubah dan bertumbuh menjadi lebih baik, kita merasa sedih dan semakin terpuruk dalam kesedihan karena diri kita sendiri bahkan tidak mampu menerima diri kita sendiri apa adanya, dan bagaimana kemudian kita mampu menerima orang lain dalam pemaafan dari hal yang telah mereka lakukan yang mungkin tidak mereka sadari karena jiwa mereka yang belum tercerahkan sama dengan yang kita alami.

Maka ketika kita merasa marah, baik merasa marah pada orang lain ataupun marah pada diri sendiri, kita harus menyadari bahwa tidak bisa dengan serta merta menyikapi kemarahan secara bijak, kita perlu menenangkan diri, semakin kita berupaya menyelesaikan masalah saat kita marah ataupun tidak tenang maka masalah tersebut semakin besar, kita akan semakin tidak bijak menyikapi masalah yang kita hadapi dan semakin melenceng dari realitas yang ada. Begitu pula pada saat kita merasa sakit hati, kita tidak bisa menyelesaikan semuanya secara cepat, terkadang kita hanya perlu menerima dan menyelelami rasa sakit itu, dan merasakan bagaimana rasa sakit itu mengganggu kita sampai akhirnya kita terbiasa dengan kesakitan dan menemukan kedamaian dalam kesakitan itu sendiri.

Dalam kehidupan ini kita tidak akan pernah lepas dari kata marah, namun yang terbaik untuk kita lakukan adalah bagaimana kita mengenali diri kita yang sedang marah dan mencoba menahan diri dan tidak tergesa-gesa dalam menyelesaikan masalah pada saat kita marah. Kita hanya perlu mencoba mengatakan kepada orang lain bahwa saat ini kondisi kita sedang tidak nyaman dan memohon untuk dimengerti agar masalah dibicarakan saat hati kita telah merasa tenang. (ya tentunya dengan cara yang santun)

Kamu adalah dirimu yang bebas, baik dan lepas dari kesalahanmu dan amarahmu, kamu adalah sebaik-baik jiwa yang ditupkan Sang Maha Pencipta kedalam jasadmu, sedangkan perilakumu, marahmu adalah hasil dari kerja jiwamu yang belum tercerahkan. Kamu bisa mengubahnya memperbaiki diri dan kamu jauh lebih baik dari pada apa yang nampak, kesalahanmu akan lenyap seiring dengan kebaikan dirimu dan keindahan akhlakmu

Kamu berhak bahagia, Kamu adalah sebaik-baik jiwa yang telah di tiupkan tuhan kedalam jasadmu,,
Semoga Kita senantiasa diberikan kedamaian hati dalam menjalani hidup ini. Amin