Esok pagi matahari tetap matahari, bahkan ketika kau tahu bahwa matahari memberimu manfaat kehidupan manusia. Bahkan ketika kau begitu mencintainya pada akhirnya tetap saja teriknya selalu dihujat oleh manusia juga
Kita bertemu pada sebuah pagi yang beku, tanpa kata, tanpa
suara
Matamu menatap begitu lekat dengan senyum berbinar
Sedangkan aku seorang bisu dan tuli. Aku hanya mampu menulis
namun saat menatapmu aku kehilangan tulisan
Kata kata yang selalu menemaniku saat menggoreskan pena
pergi secepatnya, bahkan lebih cepat dari cepatnya aku berlari dari sekitarmu
Aku seorang penulis bisu dan tuli, pena dan kertas sekian
lama menjadi selimut dalam lelapnya tidur
Pagi yang beku itu kau
menyadari bahwa kakimu begitu lemah untuk berjalan,,
Aku penulis bisu yang tak pula berguna ini mecoba menjadi
kaki kiri dan engkau kaki menjadi kaki kanan.
Semoga kaki ini menjadi kaki yang sempurna untuk berjalan
seperti yang Tuhan janjikan.
Suatu pagi kau berjalan disebuah taman tak berkerikil,, dan
bertanya pada penulis tuli dan bisu seperti aku
Kau memandang matahari, cahayanya menjadikan kulit begitu
berkilau,, tapi tidak bagi penulis seperti aku yang bisu dan tuli.
Kau menyapa matahari dan berkata kau mencintai matahari
Kau merindukan Matahari dan Semoga esok matahari menghujani
cahaya-cahaya
Aku hanya seorang penulis bisu dan tuli, hanya memandang
matahari yang diam diam mencintai matahari dan menjadi sahabatku dalam kebisuan
dan tanpa suara
Hingga kini diam-diam penulis bisu ini berbahagia karena kau
mencintai matahari
Namun suatu pagi, kau membenci matahari, matahari membakar
kulitmu pada cahaya-cahaya yang begitu menyala
Kau mencintai matahari disuatu pagi dan dipagi yang lain kau
berlari menjauhi matahari yang begitu menyala dan membakar
Jika kau benar mencintai matahari kau harus siap terbakar
ketika terik ini menyala
Seperti aku seorang penulis bisu yang legam karena terbakar
terik dari matahari yang kucintai
Esok pagi matahari tetap matahari
Bahkan ketika kau tahu bahwa matahari memberimu manfaat kehidupan
manusia
Bahkan ketika kau begitu mencintainya,.
Pada akhirnya tetap saja teriknya selalu dihujat oleh
manusia juga
Aku bersyukur menjadi bisu dan tuli
Bahkan ketika terbakar dari terik matahari yang aku cintai
namun tak pula bisa kukatakan pada sang matahari
Mungkin pada suatu malam kau berfikir akan kehilangan
matahari
Ketika senja mengintip dibalik pandanganmu,, kau bebas dari
terik matahari yang tak kau cintai lagi
Bahkan ketika kau sedang tersenyum pada bulan dalam cahaya
Kau lupa bahwa bulan bersinar karena matahari
Bintang bersinar karena matahari
Entah kemana kau akan bertemu tempat dimana sang matahari
tak perlu ada lagi
Mencintai membutuhkan kau, dirimu
Bukan dusta yang diam-diam engkau engkau simpan pada peti
emas mu
Perasaan-perasan yang ku rawat dalam dalam penat
Jika kau mencintai matahari, maka kau harus siap dengan
teriknya,
Pagi tetaplah pagi dalam kebekuan
Jika kau ingin berlari pada malam, maka kau harus siap dalam
kesunyian,, mungkin kesunyian yang ramai
Aku seorang hanya seorang bisu dan tuli
Takpula bisa menjelaskan semuanya padamu
Semoga Tuhan memberikan penjelasan padamu, entah kapan dan
dimana waktu akan menjawabnya.