Jumat, 24 April 2015

MENJEMPUT MATAHARI






Esok pagi matahari tetap matahari, bahkan ketika kau tahu bahwa matahari memberimu manfaat kehidupan manusia. Bahkan ketika kau begitu mencintainya pada akhirnya tetap saja teriknya selalu dihujat oleh manusia juga



Kita bertemu pada sebuah pagi yang beku, tanpa kata, tanpa suara
Matamu menatap begitu lekat dengan senyum berbinar
Sedangkan aku seorang bisu dan tuli. Aku hanya mampu menulis namun saat menatapmu aku kehilangan tulisan
Kata kata yang selalu menemaniku saat menggoreskan pena pergi secepatnya, bahkan lebih cepat dari cepatnya aku berlari dari sekitarmu
Aku seorang penulis bisu dan tuli, pena dan kertas sekian lama menjadi selimut dalam lelapnya tidur

Pagi yang  beku itu kau menyadari bahwa kakimu begitu lemah untuk berjalan,,
Aku penulis bisu yang tak pula berguna ini mecoba menjadi kaki kiri dan engkau kaki menjadi kaki kanan.
Semoga kaki ini menjadi kaki yang sempurna untuk berjalan seperti yang Tuhan janjikan.

Suatu pagi kau berjalan disebuah taman tak berkerikil,, dan bertanya pada penulis tuli dan bisu seperti aku
Kau memandang matahari, cahayanya menjadikan kulit begitu berkilau,, tapi tidak bagi penulis seperti aku yang bisu dan tuli.
Kau menyapa matahari dan berkata kau mencintai matahari
Kau merindukan Matahari dan Semoga esok matahari menghujani cahaya-cahaya

Aku hanya seorang penulis bisu dan tuli, hanya memandang matahari yang diam diam mencintai matahari dan menjadi sahabatku dalam kebisuan dan tanpa suara
Hingga kini diam-diam penulis bisu ini berbahagia karena kau mencintai matahari
Namun suatu pagi, kau membenci matahari, matahari membakar kulitmu pada cahaya-cahaya yang begitu menyala
Kau mencintai matahari disuatu pagi dan dipagi yang lain kau berlari menjauhi matahari yang begitu menyala dan membakar

Jika kau benar mencintai matahari kau harus siap terbakar ketika terik ini menyala
Seperti aku seorang penulis bisu yang legam karena terbakar terik dari matahari yang kucintai
Esok pagi matahari tetap matahari
Bahkan ketika kau tahu bahwa matahari memberimu manfaat kehidupan manusia
Bahkan ketika kau begitu mencintainya,.
Pada akhirnya tetap saja teriknya selalu dihujat oleh manusia juga

Aku bersyukur menjadi bisu dan tuli
Bahkan ketika terbakar dari terik matahari yang aku cintai namun tak pula bisa kukatakan pada sang matahari

Mungkin pada suatu malam kau berfikir akan kehilangan matahari
Ketika senja mengintip dibalik pandanganmu,, kau bebas dari terik matahari yang tak kau cintai lagi
Bahkan ketika kau sedang tersenyum pada bulan dalam cahaya
Kau lupa bahwa bulan bersinar karena matahari
Bintang bersinar karena matahari
Entah kemana kau akan bertemu tempat dimana sang matahari tak perlu ada lagi

Mencintai membutuhkan kau, dirimu
Bukan dusta yang diam-diam engkau engkau simpan pada peti emas mu
Perasaan-perasan yang ku rawat dalam dalam penat
Jika kau mencintai matahari, maka kau harus siap dengan teriknya,
Pagi tetaplah pagi dalam kebekuan
Jika kau ingin berlari pada malam, maka kau harus siap dalam kesunyian,, mungkin kesunyian yang ramai

Aku seorang hanya seorang bisu dan tuli
Takpula bisa menjelaskan semuanya padamu
Semoga Tuhan memberikan penjelasan padamu, entah kapan dan dimana waktu akan menjawabnya.




Jumat, 17 April 2015

You Can't Control All Thing In Your Life




Hidup ini memang aneh, kita tidak pernah bisa memastikan apakah di satu jam kemudian kita masih bisa tertawa, menangis, bahagia, apalagi memastikan hari esok dan beberapa bulan kemudian. Ketika pertama kali bertemu seseorang kita tidak tahu apakah orang itu akan menjadi teman baik atau musuh sekalipun bahkan kita menjadi teman baik hari ini belum tentu besok kondisinya sama.


Terkadang pula kita menginginkan si Mr. X atau Miss Y menjadi teman baik kita, tapi ternyata mereka berteman baik dengan orang lain dan tidak dengan kita, kita merasa kecewa, merasa marah pokoknya perasaan kagak enaakkkk pool dehhh hehehhe..... Tapi tanpa skenario ala di film-film tidak tahu bagaimana persisnya bisa berteman baik atau bahkan tidak sama sekali.

Saya rasa juga hal tersebut terjadi dalam cinta. Awalnya kita berteman dengan menjalaninya tanpa pernah merencanakan kita nantinya akan saling jatuh cinta, pacaran, menikah atau bahkan berakhir tragis. Cara berakhirnya pun entah seperti apa, apakah dengan cara di selingkuhi, ditentang oleh keluarga, atau bahkan merasa tidak cocok satu sama lain dan memutuskan untuk berpisah. Mungkin saja cinta juga tidak diawali dengan proses berteman tapi pertama kali kenalan, dan akhirnya saling jatuh cinta. Intinya adalah kita tidak membuat skenario hidup kita, semuanya terjadi mungkin sering disebut sebagai kebetulan. Tapi sesungguhnya itu tidak kebetulan, semua sudah diatur dan punya skenario masing masing, masalahnya adalah kita manusia yang tidak tahu skenario hidup kita seperti apa.

Sebagai manusia kita tahu bahwa ternyata kita tidak mampu mengontrol semua hal yang ada dalam hidup ini. Seperti rambut yang telah kita rawat sebaik mungkin agar tetap rapi, kita sisir, kita memakai shampo sampai perawatan ke salon mahal, tapi toh walaupun kita merawatnya ketika kita keluar di tengah terik sinar matahari kita tidak bisa mengotrol setiap helai rambut itu untuk tetap rapi sesuai perencanaan kita sebelumnya. Tapi apakah karena kita tidak mengotrol hal tersebut kita tidak usah melakukan perawatan rambut?? Tidak kan?? Kalau dirawat saja seperti itu, bagaimana jika tidak terawat??? Maka semakin tidak terkontrol. 

Seperti itu mungkin analogi yang bisa dipakai untuk menjelaskan bahwa “you can’t control all thing in your life”. Kita telah berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, memperbaiki diri, senantiasa membantu se-ikhlas mungkin namun apakah kita dapat mengotrol omongan orang ?? tidak kan?? Kita melakukan semua yang terbaik menurut kita, menurut apa yang kita pandang benar tapi tetap saja kita tidak dapat mengotrol apakah orang lain menyukai hal baik yang telah dilakukan. Ketika dalam suatu kelompok ternyata lebih banyak orang lain yang tidak menyukai kita, sedangkan kita telah melakukan hal baik yang menurut kita benar, apakah itu berarti apa yang kita lakukan itu salah dan harus diperbaiki sesuai dengan orang lain suka bahkan ketika itu sudah tidak sesuai dengan nurani kita sendiri???....

Menurutku tidak seperti itu, karena sesungguhnya nurani atau kata hati adalah kompas kehidupan bagaimana seharusnya bertindak. Namun yang harus diketahui bahwa bahkan ketika melangkah sesuai nurani, tetap saja ada orang yang tak menyukai hal itu. Apakah hal yang kita lakukan salah??,, menurutku bukan persolan salah atau tidak. Tapi persolalannya kita tidak tahu alasan sebenarnya mengapa orang lain tidak suka, seperti skenario Tuhan yang kita sebut kebetulan yang sesungguhnya bukan kebetulan tapi karena kita manusia yang tidak tahu skenario Tuhan untuk diri kita.

Begitu pula dengan kebahagiaan dan kesedihan. Ketika kita merasa kecewa, merasa dicurangi, marah, di khianati kita akan merasa sedih sebaliknya ketika kita mendapatkan hal yang kita inginkan kita akan merasa bahagia, namun anehnya kita tidak tahu kapan kita akan merasa  bahagia atau merasa sedih. Terkadang kesedihan yang begitu mendalam dan luka yang begitu dalam bisa terobati hanya dengan kepedulian dari teman dan menggantikannya dengan kebahagiaan. Begitu pula sebalikya 1000 kebaikan seorang teman bisa terhapus begitu saja karena kekecewaan. Ahh begitu rumit perasaan manusia yah,,,,, But i hope kita tetap menjadi manusia yang adil bagi orang lain, untuk tidak menghapus 1000 kebaikan orang lain hanya karena dikecewakan sekali saja, karena adil tidak harus dilakukan ketika kita menjadi apa dan siapa,, tapi tetap bersetia pada nurani untuk menempatkan segalanya pada tempatnya sesuai dengan batas–batas yang telah Tuhan tetapkan. 

Seperti hari kemarin,, aku tidak menyangka bahwa kekecewaan yang telah kualami berbulan-bulan, tekanan yang begitu membuat frustrasi, luka yang begitu lama sembuhnya terobati hanya dalam 3 jam saja.  Kesakitan, kesedihan itu begitu mudah ternyata hilangnya, ternyata sakit itu tidak begitu sulit dihilangkan hanya dengan mulai berbagi beban dengan orang lain. Terkadang setelah mencari sendiri solusi dari masalah yang dihadapi, tak pula ditemukan dan akhirnya ditemukan melalui orang lain. Akhirnya hari ini bisa merasakan ketenangan dan kedamaian yang telah lama kurindukan karena bantuan seorang teman yang dengan solusi yang begitu sederhana tanpa harus menyakiti siapapun. 

Terima kasih banyak untuk temanku yang telah membantu menghapus coretan hitam dikertas usangku, mungkin tidak juga bersih sebersih bersihnya tapi setidaknya sangat ku syukuri, kepedulianmu menjadi segelas air bagi keledai yang sedang dehindrasi,,, hehehe lebay amat yah.. ^_^ Aku yakin ini bukan kebetulan karena ternyata kami lahir di bulan yang sama, yang sama-sama sensitif, yang sama-sama memiliki masalah yang sama,, heehehe :P, “tidak ada masalah yang tak bisa diselesaikan, pasti ada celah untuk mendapatkan solusi” hmmm aku akan ingat itu kawan, kau mengajarkanku optimis kyakx hahahah...
Pokonya terima kasih untuk bantuanmu,, semoga kamu bisa menjadi temanku seterusnya, semoga kamu semakin sukses,, hanya ini yang bisa kulakukan untuk mengungkapkan rasa terima kasihku,, sebuah tulisan tidak penting. Tapi aku ingin mengenangnya lewat blog ku,, dan akan kuceritakan pada keluarga kecilku nanti bahwa aku punya teman seperti mu,, hhaha lebay kan.... 

Kembali pada pokok bahasan yang telah melebar kemana-mana dan akhirnya jadi curcol bahwa bahkan ketika kita tidak dapat mengontrol semua hal yang ada dihidup ini tetap saja kita bisa mengontrol diri kita sendiri, tetap bersetia pada nurani, datangnya kesedihan memang tak dapat kita kontrol tapi pada akhirnya bersetia pada hati memberikan kita jalan menuju kebahagiaan melalui tangan-tangan Tuhan di Dunia,, berupa bantuan orang lain dan aku merasa bantuan Tuhan diulurkan buatku kemarin melalui temanku yang sama dengan bulan kelahiranku, terima kasih banyak kawan.  

 Selamat malam,,,


Sabtu, 04 April 2015

Bagaimanakah "manusia baik" itu???? siapa dia? dan bagaimana bentuknya???



Inilah hidup, terkadang apa yang kita jalani sebagai jalan yang benar tidak juga benar dimata orang lain.
Aku selalu bertanya apakah seseorang yang baik itu ketika banyak orang yang menyukai atau ada defenisi lain dari kata seseorang yang baik?
 
Apakah banyaknya orang yang mengatakan baik adalah bukti bahwa sesungguhnya kita baik,,?
Sewaktu aku masih berusia remaja, tepatnya SMP. Saat itu pertama kali aku menginjakkan kaki di sekolah menegah pertama ibuku berpesan “nak jangan pernah bertengkar dengan orang lain. Karena semain banyak orang yang tidak cocok denganmu maka akan membuktikan bahwa kamu tidak baik”. Sampai hari ini pun aku bingung dengan perkataan ibu. 

Dalam menjalani hidup aku selalu mengingat kata-kata itu, dan menjadi rem bagi diriku dalam berhubungan dengan orang lain. Aku takut dengan pertemanan yang begitu dekat, aku takut kecewa pada pertemanan yang kubangun dari kepercayaan yang kukumpulkan sedikit-demi sedikit dalam waktu yang lama namun harus hancur berkeping-keping. Aku takut tidak cocok dengan orang lain, ketidakcocokan itu membuatku merasa poin kebaikan diriku berkurang. 

Tapi bagaimana ketika aku merasa ter-dzalimi??
Ahhh hidup ini begitu rumit, kata-kata ibu juga begitu rumit untuk kupahami. 

Aku mencari defenisi "manusia baik" itu sampai sekarang,,,

Banyak teori-teori konseling yang telah kupelajari tapitak kutemukan jawaban yang pas untuk diriku sendiri.
Hari ini, aku menulis bukan sebagai konselor, tapi sebagai seorang konseli yang sedang dalam kebingungan dan membutuhkan konselor yang membantuku untuk menemukan jawaban dari kegelisahan hatiku.

Aku merasa harus mencari jawaban itu, sebelum aku membantu orang lain dalam proses konseling.
Apakah aku kurang dalam hal self accaptance?  
Mungkin tetap mempelajari diri lebih lanjut...

Semoga Tuhan memberikan jawaban ini secepatnya. AMIN