Rabu, 17 Desember 2014

BEHAVIORAL KONSELING



BEHAVIORAL KONSELING


A.    Nama Pendekatan
Pendekatan ini merupakan pendekatan behavioral konseling atau disebut juga sebagai terapi perilaku. Konseling behavior adalah pendekatan klinis yang dapat digunakan untuk menangani berbagai gangguan, dalam beraneka setting khusus dengan berbagai kelompok dan populasi. Kecemasan, depresi, penyalahgunaan obat-obatan, gangguan makan,kekerasan dalam rumah tangga, penyimpangan seksual, manajemen sakit dan hipertensi telah berhasil ditangani melalui pendekatan ini.
B.     Sejarah Perkembangan
  • Perkembangan behavioral konseling bangkit secara serentak di AS, Inggis dan Afrika selatan pada tahun 1950an dimana teori behavioral berupa classical conditioning dan operant conditioning oleh Ivan Pavlov dan B.F Skinner
  • Tahun 1960an Albert Bandura mengembangkan teori belajar sosial yang menggabungkan classical conditioning, operant conditioning dan metode pembelajaran observasional yang berpusat pada kognisi
  • Tahun 1970an muncul sebagai kekuatan utama dalam psikologi yang berpengaruh pada bidang pendidikan, psikoterapi, psikiatri dan pekerja sosoial.
  • Tahun 1980an pencarian wawasan baru dalam konsep dan metode yang bergerak jauh dari teori tradisional dimana perhatian meningkat pada peran emosi dalam proses terapi dan peran factor biologis dalam gangguan psikologis. Perkembangan yang menonjol adalah timbulnya konseling kognitif behavior secara berkelanjutan dengan kekuatan utama dan aplikasi teknik.
  • Behavior konseling memiliki 4 area pokok yaitu : (1) classical conditioning yang diprakarsai oleh Ivan Pavlov yang mengilustrasikan model konseling ini pada percobaan anjing dimana stimulus netral dilakukan secara berulang dengan pemberian stimulus yang dapat memberikan respon tertentu secara naluriah sehingga stimulus netral memberikan respon yang dihrapkan. (2). Operant conditioning yang diprakarsai oleh B.F Skinner yang memandang bahwa jenis belajar/perubahan perilaku semata-mata hanya akibat yang dipengaruhi oleh akibat yang menyertainya berupa pemberian reward dan punishment. Kedua jenis belajar ini tidak memasukkan konsep-konsep mediasi (proses berfikir, sikap dan nilai). (3). Pendekatan belajar sosial ini ditemukan oleh Albert Bandura yang bersifat interaksional, interdisipliner dan multimodal, dimana perilaku dipengaruhi oleh persitiwa-peristiwa stimulus dengan memberikan pengaruh ekstrem dalam proses mediasi kognitif. (4).Konseling Kognitif behavior oleh Aroon T. Beck  yang merupakan sosila learning teori yang mewakili arus utama konseling perilaku kontemporer yang meneparkan factor kognitif memiliki peran pokok dalam memahami dan menangani masalah emosional dalam perperilaku.
C.    Hakikat Manusia
Konseling Behavior memandang manusia tidak didasarkan pada asumsi deterministis bahwa manusia bukan semata-mata produk dari kondisi sosio budaya mereka.Melainkan manusia adalah produsen dan produk lingkungannya. Kecenderungan saat ini dalam konseling behavior adalah mengembangkan teknik yangsungguh mengontrol konseli dan meningkatkan jangkauan kebebasannya. konseli lebih bebas untuk memilih dari kemungkinan yang tidak tersedia sebelumnya dan meningkatkan kebebasan individu

D.    Perkembangan perilaku
1)       Struktur Kepribadian
Kaum behavioris tidak menjelaskan struktur kepribadian seperti pada aliran lain seperti psikoanalis, tetapi menurut teori kepribadian behavioristik bahwa kepribadian manusia adalah perilaku organisme itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kerpribadian manusia dapat di ketahui melalui tingkahlaku yang tampak dan diamati (observable behavior). Kepribadian manusia dibentuk oleh lingkungan dan pengalaman. Dualisme, seperti jiwa-raga, raga-semangat, raga-pikiran bukan merupakan validitas keilmuan pada pembentukan, prediksi dan control dari perilaku manusia. Walaupun pembentukan kepribadian memiliki batasan genetis namun efek dari lingkungan dan stimulus dari dalam memiliki pengaruh dominan. Dalam membentuk sebuah teori dari kepribadian prediksi dan control dan perilaku merupakan hal terpenting. Tidak ada yang lebih penting selain kebebasan dalam penentuan respon. Semua perilaku dapat dipisah menjadi operant respondent yaitu individual respon yang berbeda dalam pengaruh control dari stimulus lingkungan
2)       Pribadi Sehat dan Bermasalah
  • Pribadi yang sehat adalah pribadi yang memiliki kemampuan untuk menghadapi segala tantangan hidup baik dari dalam dirnya sendiri maupun yang datang dari lingkungan hidupnya. Pribadi yang sehat juga mempunyai kesempatan yang luas untuk belajar perilaku yang baru dan adaptif dengan situasi dan lingkungan hidupnya dimanapun dia berada. Ia menciptakan lingkungan yang sehat sehingga ia juga menjadi pribadi yang sehat pula, karena Bandura mengatakan bahwa individu dan produser dan produsen lingkungan.
  • Pribadi yang bermasalah adalah pribadi yang tidak mempunyai kemampuan dalm menghadapi tantangan hidup secara internal dan eksternal dirinya. Ia juga mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan situasi dan konsidi yang ada di lingkungannya
E.     Hakikat Konseling
Hakikat konseling behavioral adalah proses pengkondisian dan pembejaran menuju perubahan perilaku dan tindakan. Agar perubahan pribadi dapat tumbuh dan berkembang dibutuhkan konseling untuk mengembangkan sikap yang menempatkan positif dan adaptif terhadap lingkungan. Dalam konseling Individu belajar pengetahuan baru. Berdasarkan pengetahuan itu  individu mempunyai kesempatan yang luas dan mampuan yang memadai untuk menghadapi tantangan hidupnya secara internal dan eksternal.

F.     Kondisi Pengubahan
1)     Tujuan
  • Tujuan umum dari Behavioral Konseling adalah meningkatkan pilihan pribadi dan menciptakan kondisi pembelajaran baru. Konseli dengan bantuan konselor mendefiniiskan tujuan khusus diluar proses terapi dengan bantuan dari terapi. Penilaian secara kontinyu melalui terapi menentukan seberapa besar tujuan yang dapat diidentifikasi dan dapat dicapai, dimana untuk mengukur keberhasilan tujuan didasarkan pada validasi empiris.
  • Konselor membanu konseli memformulasikan tujuan spesifik yang dapat diukur. Sehingga tujuan harus jelas, kongkrit, dan dapat dipahami dan disetujui oleh konselor dan konseli.
  • Proses menentukan tujuan konseling berhubungan dengan negosiasi antara konseli dan konselor yang menghasilkan kontrak yang memandu pelaksanaan konseling.
2)     Sikap, peran, dan tugas Konselor
  • Konselor cenderung aktif dan direktif dan berfungsi sebagai konsultan dan pemecah masalah, dan melakukan dugaan klinis pada proses konseling serta menggunakan beberapa teknik seperti merangkun, refleksi, klarifikasi dan pertanyaan terbuka.
  • Melakukan penilaian fungsional dari perilaku konseli untuk mengidentifikasi kondisi utama dengan sistematis, mengumpulkan informasi tentang anteseden situasional, dimensi perilaku masalah, dan konsekuensi dari perencanaan tersebut
  • Menformulasikan tujuan awal, mendesain dan mengimplementasikan perencanaan penanganan untuk mencapai tujuan.
  •  Menggunakan strategi untuk mendorong generalisasi, dan pemeliharaan perubahan perilaku.
  • Mengevaluasi keberhasilan perencanaan dengan mengukur kemajuan terhadap perubahan selama durasi perencanaan durasi penanganan.
  • Konselor berfungsi sebagai model bagi konseli dimana sebagian besar pembelajaran yang terjadi dari pengalaman langsung dan dapat diperoleh dari observasi perilaku lainnya.
3)     Sikap, peran, dan tugas Konseli
  • Konseli berperan aktif dalam proses konseling
  •  Konseli berlatih melakuan perilaku berulang-ulang sengan umpan balik sampai keahlian tersebut dipelajari dengan baik dan menerima tugas dirumah.
  • Konseli harus termotivasi untuk berubah dan diharapkan bekerja sama melakukan kegiatan konseling selama sesi konseling  dan dalam kehidupan sehari-hari
  •  Konseli didorong bereksperimen tujuannya memperbesar perilaku adaptifnya.
4)     Situasi Hubungan
  • Hubungan terapi antara konselor dan konseli adalah sebuah hubungan untuk meningkatkan kesempatan  konseli menerima konseling tersebut dimana konselor dan konseli bekerjasama dalam proses konseling dengan harapan akan keberhasilan efektifitas konseling memberikan hasil yang sukses.
  • Konseling behavioral menekankan pada penugasan antara konselor dan konseli. Faktor-faktor lain seperti kehangatan, empati, otentisitas, dan penerimaan adalah hal yang dibuthkan namun hal itu dianggap belum cukup untuk mengubah perilaku konseli.
  • Hubungan konselor-konseli adalah landasan tentang bagaimana strategi terapi yang dibangun untuk mengubah arah dari keinginan mereka. Konselor mengasumsikan bahwa adanya kemajuan konseli karena adanya teknik perilaku tertentu yang digunakan, bukan karena hubungan terapis.
G.    Mekanisme pengubahan
1)      Tahap-tahap konseling
Proses konseling behavioral, dilaksanakan melalui empat tahap sebagai berikut:
ü  Tahap  Penilaian/penilain fungsional (Assesmen) : yaitu tahapan yang mensyaratkan konselor mampu untuk memahami karakteristik klien beserta permasalahannya secara utuh (mencakup aktivitas nyata, perasaan, nilai-nilai dan pemikirannya). Penilain fungsional ini mengumpulkan data tentang anteseden  .dan konsekuensi yang secara fungsional berhubungan dengan perilaku yang bermasalah.
ü  Tahap Penetapan tujuan (Goal setting) : yaitu antara konselor dan klien menetapkan tujuan konseling berdasarkan analisis dari berbagai informasi/data.
ü  Tahap Penerapan teknik  (Techniques implementation) : yaitu penerapan keterampilan dan teknik-teknik konseling dalam upaya membantu klien mengatasi masalahnya (merubah perilakunya).
ü  Tahap evaluasi dan terminasi (Evaluation and Termination) : yaitu tahapan dimana seorang konselor mengetahui perubahan perilaku klien sebagai tolok ukur proses konseling berlangsung. Terminasi, yaitu pemberhentian proses konseling yang bertujuan untuk: Menguji apa yang dilakukan klien pada dekade terakhir, eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan, membantu klien mentransfer apa yang dipelajari konseli, memberi jalan untuk memantau tingkah laku klien secara berkelanjutan.
2)   Teknik-teknik konseling  
  • Teknik Relaksasi : Relaksasi otot dan mental digunakan untuk mengatasi stres dalam kehidupan sehari-hari. Teknik ini mudah dipelajari oleh konseli. Konseli diwajibkan belajar tahap dasar relaksasi setiap hari untuk mencapai hasil maksimal.Pelatihan relaksasi melibatkan beberapa komponen yang secara khusus membutuhkan instruksi 4 sampai 8 jam dimana sekumpulan instruksi tersebut meminta konseli untuk relaks.
  • Teknik Desentisisasi Sistematis : Teknik ini berdasarkan pada classical conditioning dan merupakan teknik yang paling efektif dan efisien dalam mengangani masalah kecemasan. Konseli membayangkan terlebih dahulu situasi kecemasan yang muncul terlebuh dahulu lalu konseli melakukan perilaku yang melawan kecemasan tersebut. Secara berangsus-angsur/sistematis konseli menjadi tidak terlalu sensitif (desentisasi) terhadap situasi yang menimbulkan kecemasan.
  • Terapi Exposure, Desentisasi InVivo dan InVivo Flooding : Konseling exposure dirancang untuk menangani ketakutan dan respon emosi negatif lainnya dengan memperkenalkan pada konseli dalam kondisi yang dikontrol dan situasi yang dapat memberikan kontribusi terhadap masalah tersebut. InVivo exposure melibatkan kecemasan konseli yang sebenarnya terjadi bukan sekadar membayangkan situasi ini. Konselor dan konseli menghasilkan hirarki situasi bagi konseli untuk menemukan urutan kesulitan.Konseli dapat menghentikan paparan jika ia mengalami tingkat kecemasan tinggi. Dalam beberapa kasus konselor dapat mendampingi konseli saat menghadapi situasi yang ditakutinya. Flooding bentuk konseling exposure merujuk pada exposure terhadap stimulus yang menimbulkan kecemasan dalam in vivo untuk periode waktu tertentu. Seperti yang ditampil-kan dalam seluruh terapi exposure, walaupun konseli mengalami kecemasan selama exposure, konsekuensi yang ditakuti tidak akan terjadi.
  • Eye Movement Desentisisation and Reprocessing : Gerakan mata dan pengolahan desensitisasi (EMDR) adalah bentuk paparan konseling yang melibatkan imaginal, restrukturisasi kognitif, gerakan mata berirama dan merancang hal lain untuk mengobati klien yang mengalami stres traumatic, populasi termasuk anak-anak korban pelecehan seksual, veteran perang, korban kejahatan, korban perkosaan, korban kecelakaan,individu yang berhubungan dengan kecemasan, panik, depresi, kesedihan,kecanduan, dan fobia. EMDR terdiri dari 8 fase penting yaitu (1). Membantu konseli mengatur kembali kognisi dan pemrosesan ulang informasi. (2). Fase persiapan berupa membangun aliansi terapi. (3). Fase penilaian meliputi identifikasi memori traumatis yang menhasilkan kecemasan, identifikasi emosi dan sensasi fisik yang berkaitan dengan traumatis. (4). Fase desentisasi yang menvisulaisasi image traumatis, menyampaikan kepercayaan maladaptive, dan sensasi fisik. (5). Fase instalasi yang terdiri dari penigkatan kekuatan dan kognisi positif konseli yang diidentifikasi sebagai pergantian kognisi negative. (6). Memvisualisasikan kejadian traumatis melalui kognisi positif (7). Penutupan yang memadai pada setiap akhir sesi, (8). Reevaluasi atau fase penanganan terakhir.
  •  Pelatihan Asetif : Satu bentuk spesialisasi pelatihan keterampilan sosial untuk bersikap tegas dalam berbagai situasi sosial.Orang yang tidak memiliki keterampilan sosial sering mengalami kesulitan antarpribadi di rumah, di tempat kerja, sekolah, dan selama waktu luang. Melatih sikap tegas berguna bagi mereka (1) yang memiliki kesulitan mengekspresikanmarah atau iritasi, (2) kesulitanmengatakan tidak, (3) yang terlalu sopandan memungkinkan orang lain untuk mengambil keuntungan dari mereka, (4) yang menemukan hal sulit untuk mengekspresikan kasih dan tanggapan positif lainnya, (5) yang merasa tidak memiliki hak untukmengungkapkan pikiran, keyakinan, dan perasaan, atau (6) yang memiliki fobia sosial.
  • Self Management program: Manajemen diri, dan Self Directed Behavior/ Pengarahan diri meliputi self-monitoring, self-reward, kontraksi diri, control stimulus dan model diri. Program self-management merupakan program untuk membuat orang-orang mengambil keputusan terhadap perilaku spesifik yang ingin mereka control atau ubah, contohnya merokok, minum-minuman keras, manajemen waktu dan obesistas. Program self management terdiri dari 5 langkah yaitu  (a)Tujuan harus ditetapkan, diukur, dapat dicapai, positif, signifikan dan harus realistis. (b) Mengidentifikasi perilaku yang ditargetkan untuk perubahan, mengantisipasi hambatan dan memikirkan caranya untukbertindak.(c) Secara sistematis mengamati perilaku sendiri dan membuat catatan harian, merekam perilaku bersama dengan komentar tentangisyarat yang relevan dan konsekuensi.(d) Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yang nyata dan perubahan yang efektif. (e) Meng-evaluasi rencana perubahan untuk menentukan apakahtujuan sedang dicapai, disesuaikan dan direvisi sebagai cara untuk mencapai tuju
H.    Hasil – hasil penelitian
  • Terapi multimodal : Pendekatan konseling multimodal adalah komprehensif, sistematis, holistik untuk mengem-bangkan konseling behavior oleh Arnold Lazarus (1976, 1986, 1987, 1989, 1992a,1992b, 1997a, 2005,2008). Hal ini didasarkan pada teori belajar sosial dan teori kognitif yang mene-rapkan teknik perilaku yang berbeda untuk berbagai masalah. Terapi multimodal merupakan sistem terbuka yang mendorong eklektisisme teknik berupa I.D Dasar yang terdiri dari 7 area fungsi yaitu  B=behavior, A=Afeksi, S=sensasi, I=Image, C=Kognisi, I= interpersonal relationship dan D=Drugs.
  • ü  Penerimaan Konseling Behavior Berbasis Cognitive Aspek baru konseling behaviorberkembang dengan kesadaran akan penerimaan, hubungan terapeutik, spiritualitas, nilai-nilai, meditasi dan ekspresi emosional (Hayes, Follette&Linehan, 2004). Keempat pendekatan utama dalam pengembangan terbaru berdasarlan data empiris dari perilaku tradisional meliputi: (1) Konseling behavior perilaku dialektis (Linehan, 1993a, 1993b) yang mengkonseling gangguan kepribadian borderline. (2) Kesadaran-reduksi berbasis stres yang melibatkan teknik kesadaran untuk mengatasi stres dan mempromosikankesehatan fisik dan psikis. (3)Kesadaran konseling berbasis kognitif yang bertujuan konseling depresi. (4) Penerimaan dan konseling komitmen mendorong konseli menerima kenyataan.
I.       Kelemahan dan Kelebihan 
1)  Kelemahan
  • Behavior konseling dapat mengubah periaku tapi tidak dapat mengubah perasaan, bebrapa kritik menyatakan bahwa sebelum merubah perilaku maka persaan harus pertama kali mengalami perubahan.
  • Behavior konseling mengabaikan faktor hubungan penting dalam proses konseling.
  • Behavior konseling tidak membuktikan pemahaman dalam perubahan perilaku konseli, dimana konseling behavioral hanya mengubah perilaku konseli secara langsung namun tidak membawa perubahan pemahaman sedangkan pemahaman dan perilaku adalah 2 bagian yang sangat penting dan saling berkaitan erat.B
  • Behavior konseling melibatkan control dan manipuasi oleh konselor. Sehingga konselir memiliki peranan yang lebih jelas dibandingkan dengan konseli, sedangkan konseli seharusnya memiliki peranan yang lebih besar dalam menyelesaikan masalahnya dan merubah perilakunya
. 2)      Kelebihan
  • Mengembangkan konseling sebagai ilmu sehingga mengundang penelitian dan menerapkan ilmu pengetahuan kepada proses koseling dan penerapannya dalam bidang pendidikan.
  • Mengembangkan perilaku yang spesifik sebagai hasil konseling sehingga dapat dievaluasi melalui pengukuran yang jelas.
  • Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan pada perilaku yang terjadi dimasa datang.
J.        SUMBER RUJUKAN
Corey, Gerald. 2009. Theory and Practice Counseling and Psychotherapy. Amerika :Thompson Books/Cole
Parrot III, Les. 2003. Counseling and Psychotherapy Second Edition. Amerika : Thompson Books/Cole
Seligman, Linda. 2006. Theories of Counseling and Psychotherapy Sistem, Strategies, Skill. New Jersey ; Pearson prentice Hall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar