PSIKOANALISIS FREUD
A.
Sejarah
Perkembangan Psikoanalisis
Sigmund Freud di
lahirkan di Vinnese dengan 3 orang saudara laki-laki dan 5 saudara perempuan,
Ayah Freud yang merupakan seorang authoritarian
dengan keterbatasan finansial serta apartemen yang sempit berpengaruh
pada pada perkembangan teori Freud dan
meniggal di London tahun 1939 oleh penyakin kanker rahang yang dialaminya.
Tahun ke-3 Freud berindah di Wina dan menghabiskan hidupnya selama 80 tahun di Wina. Adanya
pendudukan Kaum NAZI di Austria menyebabkan Freud mencari perlindungan di
Inggris. Sigmund Freud merupakan mahasiswa ilmu kedokteran di Universitas Wina tahun 1881. Masa kehidupan Freud yang
berada pada masa perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat seperti teori Darwin
tetang revolusi manusia, dan demonstrasi
Fechner dalam pengembangan ilmu jiwa yang dapat diukur secara
kuantitatif. Pengaruh Darwin dan Fechner memberikan pengaruh besar terhadap
perkembangan jiwa intelektual Freud.
Perkembangan ilmu pengetahun
di Abad Kesembilanbelas dalam perkembangan filsafat positivism yang memberikan
banyak pengaruh dalam kehidupan dan pandangan Freud seperti Loins Pasteur dan
Rober Koch tentang bakteriologi, Gregor Mandel tentang genetika, Helmholzt
tentang pengawetan energy, Enstein dalam teori relativitas energi, James
maxwel, Thomson, Joule, Kelvin Gibbs, Mendeleyev dalam perkembangan fisika modern, tidak hanya
menandai tentang periode keemasan
melainkan memberikan konsepsi baru tentang manusia yang dapat dibawa ke labolatorium dan dapat diukur
secara tepat sehingga mempengaruhi pandangan Freud bahwa manusia itu merupakan
suatu sistem energi.
Ernest Bruke merupakan dosen
yang dikagumi oleh Freud selama belajar di Wina. Ia merupakan Direktur
Laboratorium Fisiologi di Universitas Wina, pandangan Bruke yang sangat radikal
bahwa seluruh jasad hidup adalah suatu system dinamis yang terhadapnya dapat
digunakan hukum-hukum kimia dan fisika. Keterpaksaan Freud membuka prekatek
dokter memberikan sumbangsi besar dalam penelitian Freud tentang kekacauan urat
saraf yang perkembangannya masih dalam
taraf terbelakang di bidang ilmu
kedokteran.
Freud mengabdikan
hidupnya dalam mengembangkan teori psikoanalisis, fase yang paling berpengaruh
adalah ketika Freud mengalami masalah emosional seperti psikosmatik dan
kecemasan akan kematian, fobia, serta sulitnya menganalisis diri pribadi
melalui analisis mimpi, dan mendapatkan wawansan dalam dinamika dalam perkembangan
kepribadian. Pengalaman freud semasa kecil seperti perasaan seksual kepada
ibunya, cinta kasih dan protektif yang kemudian di formulasikan dengan hasil
observasi oleh pasien-pasiennya menandai proses berkembangnya teori
psikoanalisis. Freud memiliki toleransi yang sangat kecil bagi
pengikut-pengikutnya yang berani tidak setuju pada doktrin psikoanalisis. Alferd
Adler dan Carl Gustav Jung merupakan Jyang membuka praktek klinis sendiri
setelah mengungkapkan ketidak setujuannya dalam beberapa bagian dari
psikoanalisis. Sebagai pencetus Psikoanalisis Freud dianggap sebagai raksasa
intelektual dalam memahami perilaku manusia terutama dalam usahanya menemukan
teori komperhensif tentang kepribadian
dan psikoterapi.
B.
Hakikat
Manusia Menurut Psikoanalisis
Freud memandang manusia
secara deterministik, bahwa perilaku
manusia didorong oleh kekuatan irrasional, motivasi dari ketidaksadaran
manusia, biologis dan dorongan insting
yang kesemuanya berkembang sejak masa psiko-seksual pada 6 tahun
kehidupannya (Corey, 2009). Insting merupakan suatu sentral pada pendekatan Freud
yang berhubungan dengan energi libido seksual seseorang yang kemudian secara
luas menyertai naluri kehidupan manusia. Insting bertujuan untuk melayani
kelangsungan hidup manusia yang berorientasi pada pertumbuhan, perkembangan dan
kreativitas. Sedangkan libido merupakan unsur motivasi seksual dimana manusia
bertujuan mencapai kesenangan dan menghindari rasa sakit. (Corey, 2009)
C.
Perkembangan
perilaku
Perkembangan perilaku
manusia menurut freud dibagi menjadi 2 bagian yang terdiri dari struktur
kepribadian dan konsep pribadi bermasalah dan tidak bermasalah :
1. Struktur kepribadian
Freud memandang
kepribadian manusia menjadi konsep yaitu
pembagian 3 sistem kepribadian yang berupa id, Ego dan Super Ego, Konsep sadar
dan ketidaksadaran, kecemasan dan Ego defence Mechanism.
a.
Kepribadian
manusia terdiri dari 3 sistem yaitu id, ego dan
super ego. Ketiga sistem ini disebut struktur psikologis yang tidak terpisah
dalam mengoperasikan kepribadian manusia. Id merupakan komponen biologis, ego
merupakan komponen psikologis dam super-ego merupakan komponen sosial. Berdasarkan
pandangan orthodox Freudian, manusia dipandang sebagai suatu system energy. Dinamika
kepribadian terdiri dari energi yang didistribusikan ke Id, Ego dan Super-Ego,
karena energi yang didistribusikan terbatas maka energi tersebut maka kemenangan suatu sistem kontrol harus
mengorbankan 2 sistem kontrol yang lain yang kemudian hasil dari penyaluran
energi tersebut menentukan perilaku manusia yang ditampakkan. (Corey, 2009)
Id : Id
merupakan suatu sistem kepribadian yang original karena setiap manusia memiliki
Id sejak mereka lahir. Id merupakan sumber primer dari energi fisik dan tempat
dari insting. Id tidak memiliki organisasi dan buta yang bersifat mendorong,
memaksa, dan merupakan energi kegembiraan yang bersifat mengurangi ketegangan
yang bersifat tidak logis dan amoral.
Ego : merupakan
kontak kedunia realitas yang
mengatur, mengontrol kepribadian dan
menengahi insting dan lingkungan sekitar. Karena ego merupakan prinsip realitas
maka bersifat logis dalam pemuasan
kebutuhan. Hubungan antara Id dan ego
adalah Ego berfungsi mengontrol impuls dari id yang hanya mengenal kenyataan
subjektif sehingga ego membedakan antara
citra mental dengan dunia luar.
Super-Ego : mencakup
kode moral seseorang yang mencakup apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar
atau salah. Sehingga Super-ego merupakan diri ideal seseorang yang tidak
berfokus pada pemuasan kesenangan melaikan pada kesempurnaan. Super Ego
mewakili nilai-nilai moral manusia, kepercayaan yang diturunkan dari orang tuakepada anak-anaknya. Super ego
berusaha menekan Id dan membujuk ego untuk melakukan pandangan secara
moralistik.
b.
Counsiusness
and Uncounsiusness
Konsep
kesadaran dan ketidaksadaran merupakan kunci untuk memahani perilaku seseorang
dan masalah-masalah kepribadian. Alam bawah sadar tidak dapat dipelajari secara
langsung namun dapat disimpulkan melalui perilaku yang tampak. Menurut Freud kesadaran adalah irisan tipis dari total pikiran. Ketidaksadaran di
analogikan seperti bagian dari gunung es yang terletak di bawah permukaan air, dan kesadaran adalah bagian yang lebih kecil yang
tampak diatas permukaan laut. Kesadaran meliputi
pengalaman, kenangan. Kebutuhan
dan motivasi merupakan bagian
yang berada diluar dari kontrol kesadaran.
c.
Anxiety
Kecemasan
myerupakan suatu hal yang esensial dalam pandangan psikoanalisis. Kecemasan merupakan bagian dari ketakutan yang
muncul dari hasil tekanan perasaan, memori, keinginan, dan kesadaran yang
timbul di permukaan kesadaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bagian-bagian
tekanan dapat memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu yang berkembang dari adanya konflik antara id, ego dan super-ego yang over control
dari energi psikis diman kecemasan berfungsi sebagai pengingat tentang adanya
bahaya yang akan terjadi.
Psikoanalisis mebagi
kecemasan menjadi 3 bagian yaitu realitas,
neurotik, dan moral. Reality
Anxiety merupakan ketakukan akan adanya bahaya yang datang dari dunia luar
dimana kecemasan seperti ini terjadi di
dimensi ego. Neurotic anxiety
merupakan ketakutan yang timbul karena insting tidak dapat dikendalikan dan
ketika terjadi perilaku dari insting yang tidak dapat dikendalikan
maka akan terjadi sebuah hukuman. Moral Anxiety yaitu ketakutan yang berasal
dari adanya pertentangan dengan kata hati, kata hati seseorang akan berkembang
dengan baik jika terjadi keseimbangan antara kata hati dan realitas. Perilaku seseorang dari
ketidaksesuaian perilaku dan kata hati disebut dengan ego-defence mechanism.
Selain itu Freud
membagi tahap perkembangan kepribadian manusia dibagi menjadi 5 tahap yaitu :
oral, anal, falik, laten dan genital.
a. Tahap
Oral : Tahap ini merupakan tahap perkembangan tahun pertama kelahiran, masa ini
ditandai dengan pemenuhan tingkat kepuasan didaerah mulut dan bibir. Aktivitas
pada masa oral ini adalah oral-inkoporatif dan masa oral-agresif.
Masa oral-inkoporatif merupakan stimulasi
di daerah mulut dimana ketidakpuasan yang terjadi pada masa ini anak akan
mengalami fiksasi oral yang dilampiaskan melalui makan yang berlebihan,
mengunyah, berbicara, merokok, dan minum-minuan keras secara berlebihan.
Sedangkan masa oral-agresif merupakan
masa tumbuh gigi dimana pemuasan masa ini melalui menggigit. Ketidakpuasan pada
masa ini akan membentuk perilaku seperti sifat bermusuhan,agresif, tukang
gosip, dan memberikan komentar yang kritis.
b. Tahap
Anal : Tahap ini terjadi pada 1-3 tahun awal kehidupan individu yang ditandai
pada kenikmatan di daerah anus. Masa ini
anak diajari mengendalikan buang air melalui toilet training sehingga anak-anak
dilatih menjadi disiplin, mandiri, dan menangani perasaan negatif.
c. Tahap
Falik : Tahap ini terjadi pada usia 3-6 tahun. Tahap ini merupakan pusat
kenikmatan pada daerah kelamin dimana setiap individu mulai mengenali perbedaan
antara jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Adanya konflik seksual yang
terjadi dimana ketidakberhasilan seorang anak mengidentifikasi dirinya oleh
kedua orang tua dimana anak laki-laki mencintai ibunya dan menciptakan
permusuhan dengan ayahnya disebut oedipus
complex. Sebaliknya anak perempuan yang cenderung mencintai ayahnya dan
meciptakan permusuhan dengan ibunya disebut elektra
complex pada masa ini anak perempuan mengalami penis envi yaitu kecemburuan anak perempuan tidak memiliki penis
seperti laki-laki. Kegagalan pada masa akan menjadikan individu mengalami
kebingungan akan peran seks secara wajar dan menemukan standar moral yang
tepat.
d. Tahap Laten : Tahap ini berumur 6-12 tahun,
dimana anak mulai mengalami ketertarikan seksual berupa kehidupan sosial yang
lebih luas. Masalah yang terjadi pada tahap ini berupa adanya konsep diri
negative yang dibangun oleh anak dan rasa inferioritas untuk menghadapi hal
yang baru.
e. Tahap
Genital : Masa genital terjadi pada usia 12-18 tahun dimana anak mulai memikul
tanggung jawab sebagai seseorang yang mulai dewasa. Masa ini anak mulai
mengembangkan identitas pribadi, kegagalan mengembangkan identitas pribadi akan
mengakibatkan krisi identitas diri individu.
Mekanisme pertahanan diri (Ego defends mechanism)
Mekanisme pertahanan diri (defends mechanism) merupakan upaya-upaya yang dilakukan individu
untuk melakukan penghindaran untuk mengingkari sebuah kenyataan yang merugikan
bagi dirinya. Biasanya perilaku ini muncul ketika seseorang tersebut berada di
bawah tekanan akibat kesalahan yang dilakukan atau saat mengalami kecemasan dan
ketakutan. Perilaku ini dibagi menjadi 2 macam
mekanisme pertahanan ego berupa sehat (adaptif)
dan tidak sehat (maladaptive), macam-macam mekanisme pertahanan diri menurut
Seligman (2006), diantaranya:
1.
Sehat
(adaptif ego mechanism)
a. Affiliation yaitu
membentuk atau bergabung bersama orang lain untuk saling membantu dan mendukung
satu sama lain.
b. Altruism yaitu
upaya seseorang untuk mengerti apa yang terjadi dengan orang lain dan berusaha
untuk menolong orang lain.
c. Anticipation yaitu
usaha untuk menurunkan kecemasan melalui proses menimbang konsekuesi yang
mungkin akan terjadi dan menemukan mengatasi akibat tersebut secara efektif.
d. Humor yaitu
berfokus pada upaya untuk menghibur dari setiap situasi
e.
Sublimation
yaitu
usaha mengubah arah energi seksual atau sikap agresif
menjadi perilaku yang kreatif.
Maladaptive
defence mechanism
a.
Repression
yaitu tindakan yang tanpa dikehendaki
untuk mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan, dan mengancam keluar
dari kesadaran .
b.
Denial
merupakan tindakan yang enggan untuk mengakui hal-hal
yang dianggap dapat mempermalukan dan merugikan dirinya dengan cara mengacaukan
apa yang sedang dipikirkan, dirasakan, atau dilihat dalam situasi tertentu
Memungkiri ini salah satu bentuk defends mechanism yang paling sederhana.
c.
Reaction Formatiom
yaitu mengembangkan sikap-sikap atau perilaku sadar yang secara diametrik melawan
keinginan-keinginan yang menganggu untuk melawan sikap negatifnya.
d.
Projection
yaitu
menempelkan pada orang lain suatu keinginan dan impuls yang sebenarnya ada pada
diri sendiri (impuls agresif).
e.
Displacement (pergeseran) merupakan usaha untuk menyalurkan impuls dengan menggeser
dari objek yang mengancam kepada sasaran yang lebih aman.
f.
Rationalization
merupakan usaha untuk memberikan alasan-alasan logis untuk
menghilangkan kecemasan-kecemasan yang dialaminya.
g.
Regression
merupakan
usaha mengatasi kecemasan atau ketakutan dengan situasi yang sedang dihadapinya
dengan kembali ke fase-fase perkembangan sebelumnya.
h.
Introjetion
adalah usaha
untuk menggabungkan atau menggunakan sistem nilai-nilai yang digunakan orang
lain.
i.
Identification
yaitu
usaha untuk menambah rasa harga diri dengan menyamakan
dirinya dengan orang lain yang memiliki pengaruh dengan tujuan meningkatkan
kualitas harga diri dan melindungi seseorang dari perasaan gagal.
j.
Compensation
merupakan usaha untuk menutupi
kelemahan-kelemahan yang dimiliki dengan berpenampilan yang positif untuk
menutupi keterbatasan-keterbatasan.
k.
Fiksasi
yaitu melakukan berbagai tindakan yang berlebihan karena terpaku pada fase
perkembangan awal.
l.
Undoing
bentuk
upaya mekanisme pertahanan diri dengan cara melakukan berbagai kegiatan yang
berlebihan untuk menghilangkan rasa bersalahnya.
m.
Isolasi yaitu menghindari perasaan yang tidak dapat diterima dengan
cara melepaskan mereka dari peristiwa yang seharusnya mereka terikat,
merepresikannya dan bereaksi terhadap peristiwa tersebut tanpa emosi. Hal ini
sering terjadi pada psikoterapi. Pasien berkeinginan untuk mengatakan kepada
terapis tentang perasaannya namun tidak ingin berkonfrontasi dengan perasaan
yang dilibatkan itu. Pasien kemudian akan menghubungkan perasaan tersebut
dengan cara pelepasan yang tenang walau sebenarnya ada keinginan untuk
mengeksplorasi lebih jauh.
2.
Pribadi Sehat dan Bermasalah.
Kepribadian yang sehat
menurut pandangan psikoanalisis yaitu adanya pengendalian ego yang baik dimana
terjadi keseimbagan 3 struktur kepribadian dari Id, Ego dan Super-Ego.
Seseorang akan mencapai konsep diri yang positif jika mereka tidak mengalami
masalah berat pada masa-masa perkembangan hidupnnya, dan kepuasan pada setiap
fase perkembangan membentuk pribadi yang seimbang dan mampu beradaptasi dengan
lingkungannya.
Keperibadian tidak sehat
menurut psikoanalisis ditandai dengan adanya ketidakseimbangan antara id, ego dan super-ego. Ketidakmampuan mengendalikan keinginandan tuntutan ego,
kecemasan yang terjadi pada masa perkembangan dan terus berlanjut sampai dewasa
berupa kecemasan neurosis,hysteria dan fobia. Selain itu adanya kelainan
kepribadian yang cenderung mencintai ibu dan membenci ayah yang disebut Oedipus complex dan sebaliknya disebut Elektra complex
D.
Hakikat Konseling Psikoanalisis
Hakikat
konseling pada pandangan psikoanalisis adalah mengubah perilaku yang tidak
sehat menjadi sehat dari masalah-masalah kepribadian dimana inidividu
diharapkan mampu membentuk keseimbangan antara dorongan Id, Ego dan Super–Ego
dengan menempatkan ego secara benar dan meilih secara rasional dan mampu
menjadi mediator antara id dan Super-Ego, dimana proses konseling dalam
pandangan psikoanalisis adalh proses re-edukasi ego untuk menjadi lebih realistik
dan rasional.
E. Kondisi pengubahan
Psikoanalisis
1) Tujuan terapy
Tujuan terapi
psikoanalisis adalah memberi bantuan kepada individu untuk untuk mamputahan
terhadap masalah, tugas yang sulit, proses yang sering kali menyakitkan untuk
menemukan pemecahan masalah dari konflik intrapsikis, sehingga dapat
menyelesaikan masalah kehidupan lainnya didalam jalan yang sehat. Pada dasanya
psikoanalisis tidak bertujuan untuk menguragi gejala-gejala dari masalah
kepribadian melainkan merekonstruksi ulang kepribadian melalui kesadaran dan
ketidaksadaran, dimana ego seseorang dikuatkan sehingga agresi dan implus seksual
seseorang dapat dikontrol. Hal ini disesain untuk mengintegrasikan pengalaman
yang menekan dimasa lalu menjadi kepribadian yang total dan seimbang (Parrot,
2003).
2) Sikap, peran, dan tugas
Konselor
Konselor
psikoanalisis tidak bertugas untuk memberikan nasehat yang bertujuan mengurangi
gejala dari masalah yang dialami konseli tetapi konselor berusaha untuk
membangun hubungan bak kepada konseli sehingga mereka mau menceritakan tentang
apa yang ada dalam fikirannya dan secara khusus yaitu menceritakan tentang
pengalama pada masa kecilnya. Pada analis psikoanalisis klasik mereka menbantu
perkembangan sebuah transferensi oleh konseli dari masalah yang belum
dipecahkan dimana seorang konselor psikoanalisis menjadi figure yang netral
pada setiap proses konseling. (Parrot, 2003)
3) Sikap, peran, dan tugas
Konseli
Proses terapi
psikoanalisis konseli harus berperan secara aktif dan intensif. Aktif dalam
proses asosiasi bebas dengan mengatakan sesuatu yang terlintas dalam pikiranya.
Proses pelaksanaan psikoanalisis konseli menelusuri apa yang tepat dan tidaak
tepat pada tingkah lakunya dan mengarahkan diri untuk membangun tingkah laku
baru. (Corey, 2008)
4)
Situasi Hubungan
Hubungan yang terjadi antara konselor
dan konseli pada pendekata psikoanalisis terdiri dari 3 yaitu :
a.
Aliansi yaitu sikap klien kepada konselor yang
rasional realistis dan membentuk kondisi
b.
Tranferensi yaitu
phenomena dimana konseli menempatkan meteri ketidaksadaran kepada konselor yang
bertujuan untuk membanut konselor mencapai pemahaman, tentang dirinya,
menignterpretasikan dan merespon pengalamannya saat ini dan hubungannya dengan pengalaman masa lalu.
c.
Konstransferensi
merupakan kondisi dimana konselor memberikan pandangan yang tidak selaras yang
berasal dari konflik yang dialaminya sendiri. Kondisi ini bisa berupa perasaan
tidak suka atauun adanya keterikatan kepada konseli secara belebihan yang
justru akan menghambat kemajuan dalam proses konseling. Konselor seharnya
menjadi figur yang netral dalam proses konseling.
F.
Mekanisme pengubahan
1)
Tahap-tahap konseling
Tahap konseling dalam psikoanalisis dapat di jabarkan sebagai
berikut :
1.
Opening phase (tahap pembukaan)
Tahap ini
berupa membangun rapport dari wawancara awal dan free association dengan menggunakan katarsis pada
masa permulaan interview hingga masalah
Konseli ditetapkan, dengan mempelajari
riwayat & perkembangan pasien, memahami fantasi, pikiran, perasaan,
konflik ketidaksadaran, dan cara pasien mengatasi masalah Tahap krisis bagi
konseli yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya dan melakukan
transferensi.
2.
Developing of transference (pengembangan transferensi)
Tahap ini dilakukan
pengembangan transferensi tentang perasaan Konseli kepada konselor, yang
dianggap sebagai orang yang telah menguasai di masa lalunya (significant figure
person). Tahap ini dilakukan analisis mengenai dorongan dan konflik tidak disadari dari masa lalu yang
mempengaruhi hingga masa kini untuk memperoleh gambaran terhadap masa lalu
konseli terutama pada masa kanak-kanaknya.
3.
Working through (bekerja melalui tranferensi)
Tahap ini berupa pengembangan hubungan transferensi
Konseli dengan konselor dengan merealisasikan hal-hal yang diperoleh sehingga reaksi lebih
adaptif. Bekerja melalui transferensi,
mencakup mendalami pemecahan dan pengertian Konseli sebagai seorang yang terus
melakukan transferensi, untuk pemahaman diri konseli.
4.
Resolution of transference (resolusi tranferensi)
Fase ini disebut juga fase penutup (termination phase) dari konseling. Ditandai denga adanya
resolusi transferensi, memecahkan perilaku neurosis Konseli yang ditunjukkan
kepada konselor sepanjang hubungan konseling. Jika pasien dan konselor merasa
puas, tujuan utama konseling tercapai, makan transference di pahami dan berhasil sehingga mendapat pengalaman baru dalam kehidupannya.
2)
Teknik-teknik konseling
Ada
bebrapa teknik yag digunakan dalam proses konseling yaitu :
a. Asosiasi
bebas merupakan upaya untuk membantu
konseli mengungkapkan masalah-masalahnya dengan cara mengutarakan apa saja
tyang terlintas dalam pikirannya dari kata–kata yang diucapkan konselor. Metode
ini bertujuan untuk mengungkapkan pengalaman masa lalu konseli, melepas mekanisme
pertahanan ego dari konseli, dan menghentikan pengalaman traumatik masa lalu konseli.
b. Analisis
mimpi yaitu metode dimana konseli mengungkapkan tentang berbagai kejadian dalam
mimpinya dan konselor berusaha menganalis mimpi-mimpi konseli. Teknik ini digunakan
pada salah yang belum tercepahkan dimana freud memandang bahwa mimpi merupakan
jalan untuk menafsirkan kecemasan dan keinginan yang tidak disadari dimana pada
saat seseorang bermimpi pertahanan ego seesorang melemah dan kemudian terdesak
menuju ke permukaan.
c. Metode
Penafsiran Mimpi merupakan metode menafsirkan mimpi-mimpi yang terjadi pada
konseli dengan menggunakan simbol-simbol atau sandi (decoding). Freud melihat mimpi sebagai keinginan, kebutuhan, dan
rasa taku yang tidak disadari. Mimpi terdiri dari 2 tingkat yaitu isi laten dan
manifest, isi laten menyangkut motif-motif yang tersembunyi sedangkan manifest
merupakan simbol-simbol ketakutan dan keinginan yang tidak disadari.
d. Interpretasi
yaitu metode mengungkap apa yang terjadi di diri konseli baik dalam asosiasi
bebas, mimpi, resistensi dan transferensi konseli. Konseor menetapkan dan
menmbawa konseli untuk mengerti tentang makna perilaku yang dimanifestasikan
dalam asosiasi bebas, resistensi dan transferensi konseli.
e. Analisis
resistensi dutujukan untuk menyadarkan konseli terhadap penolakan yang
diberikan, konselor meminta perhatian konseli untuk menafsirkan resistensiatau
penolakan yang dilakukannya selama proses konseling terjadi. Resistensi konseli
berupa pengelakan yang terjadi, memotong pembicaraan konselor, dan mempertahankan
diri dari perasaaan atau fakta tertentu.
Analisis
transferensi juga berusaha mengalihkan perasaan dan harapan masa lalu dalah hal
ini konseli diupayakan menghidupkan kembali konflik masala lalu mereka,
kebencian, kecemasan, yang masih dibawa konseli ke masa sekarang dan
dilemparkan ke konselor. Proses pemindahan “transference”memungkinkan
konselor mengobservasi hubungan konseli pada masa awal kanak-kanak sebagaimana
yang dimainkan konseli dalam ruang konsultasi, tujuannya adalah membantu
konseli menyadari hubungan konseli dengan konselor serta hubungannya dengan
orang lain seperti orang tua, pasangan dan bos.
f. Roschach Inkbolt Test
atau Thematic Apperception test atau
TAT juga dapat digunakan dalam proses konseling psikoanalisis, TAT merupakan
tes bercak tinta yang digunakan untuk melihat apa yang dilihat konseli terhadap
bercak tinta tersebut dan kemudian di interpretasi oleh konselor dari gambaran
konseli tentang bercak tita tersebut.
G.
Hasil
– hasil penelitian
Hasil-hasil
penelitian pada beberapa kasus seperti
pada kasus yang terjadi pada stan. Corey (2009) pendekatan psikoanalisa
berfokus pada ketidaksadaran dari psikodinamika yang terlihat dari perilaku stan.
Perhatian diberikan pada material yang dianggap menekan dimana stan
menperlihatkan perilaku self-descruptive yang merusak diri sehingga ini menjadi
jalan bagi stan untuk menghukum dirinya, kemudian Stan juga memberikan perilaku
bermusuhan terhadap orang tuanya dan saudara saudaranya. Stan juga
meminun-minuman keras secara berlebihan yang kemudian diidentifikasi sebagai
fixasi oral yang terjadi karena ketidakpuasan pada masa oral. Pada masa kecil
Stan kurang mendapatkan cinta dan perhatian dari orang tuanya dan saudaranya.
Tujuan dari terapi yang diberikan kepada Stan yaitu memberikan kesadaran Stan
tentang ketidaksadaran bagaimana
mengontrol ketidaksadaran Stan. Hal ini dimulai dari mencari hubungan antara
masalah yang dialami Stan dan pengalaman masa kecil stan. Dimana stan
mengeksplor hubungan dengan orang tuanya dan saudara-saudaranya. Konselor
mengeksplorasi beberapa pertanyaan tentang stan seperti “apa yang akan kamu
lakukan ketika merasa tidak dicintai?”, sebagai seorang anak papa yang kamu
lakukan dengan persaan negatifmu?, dan bagaimana caramu mengekpresikan rasa
permusuhanmu, ketakutan dan kekecewaanmu, semua pertanyaan ini kemudian
dilakukan analisis transferensi terhadap hubungan dan masa lalu stan. Fokus
analisisi ini yaitu membangun kesadara stan dan membawa stan melihat hubungan
dan pengalaman masa laulunya.
a.
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN
Adapun
kelemahan dan kelebihan terapi psikoanalisis dapat dijabarkan sebagai berikut Parrot
(2003), Corey (2009) :
Kelemahan
1. Dengan
pendekatan ini, konselor bisa mengetahui masalah pada diri konseli, karena
prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri
konseli. Menjadikan masa lalu pelajaran
buat Konseli.
2. Pendekatan
ini mampu membantu konseli mengetahui masalah-masalah yang selama ini tidak
disadarinya. Kekuatan yaitu mampu memberikan rasa percaya diri pada Konseli,
memahami ambang kesadaran dan ketaksadaran.
3. Menolong
individu mendapatkan pengertian yang terus menerus dari pada mekanisme penyesuaian
diri mereka sendiri dan memberikan kesempatan kepada konseli menghadapi situasi
yang selama ini ia gagal mengatasinya.
4. Membentuk
kembali struktur kepribadian Konseli dengan jalan mengembalikan hal-hal yang
tak disadari menjadi sadar kembali, dengan menitikberatkan pada pemahaman dan
pengenalan pengalaman-pengalaman masa anak-anak, untuk ditata, disikusikan,
dianalisis dan ditafsirkan sehingga kepribadian Konseli bisa direkonstruksi
lagi.
5. Meningkatkan
kesadaran dan kontrol ego terhadap impuls-impuls danberbagai bentuk dorongan
naluriah yang tidak rasional. Mencapai pemahaman terhadap masalahnya sendiri,
mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara berubah,sehingga konseli mampu
mendapatkan kendali yang lebih rasional atas hidupnya sendiri.
Kelemahan
1. Waktu
yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang/lama sehingga membuat konseli
bosan dan memakan banyak waktu biaya bagi konseli
2. Diperlukan
konselor yang benar-benar terlatih untuk melakukan teknik ini.
3. Pandangannya
yang terlalu deterministik di nilai terlalu merendahkan martabat manusia.
4. Terlalu
menekankan pada libido, padahal tidak semua hal dapat dijelaskan dengan libido.
Ketidaksadaran (unconsciousness) amat berpengaruh terhadap prilaku manusia, pendapat
ini menunjukan bahwa manusia menjadi budak dirinya sendiri.
5. Pengalaman
masa kecil sangat menentukan atau berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa,
hal ini menunjukan bahwa manusia dipandang tidak berdaya untuk mengubah
nasibnya sendiri. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan mengembangkan
diri melalui dorongan libido dan agresivitasnya sejak lahir. Terlalu banyak
menekankan kepada pengalaman kanak-kanak, dan menganggap kehidupan seolah-olah
sepenuhnya ditentukan masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah
sepenuhnya tanggung jawab individu sekarang dan terlalu berasumsi pada masa
lampau tanpa memandang sedikitpun masa depan.
6. Kepribadian
manusia terbentuk berdasarkan cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi
dorongan-dorongan seksualnya, ini menunjukan bahwa dorongan yang lain dari
individu kurang diperhatikan.
7. Secara
umum perilaku manusia bertujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan
dan mencari kenikmatan.
I.
SUMBER RUJUKAN
Corey,
Gerald. 2005. Theory and Practice of
Counseling and Psycotherapy Seven Adition. America : Thomson Learning
Corey, Gerald.
2005. Student manual Theory and Practice
of Counseling and Psycotherapy seven adition. America : Thomson Learning
Corey, Gerald. 2009. Theory
and Practice of Counseling and Psycotheraphy
Eighth Edition. America :
Thomson Learning
Parrott, Les.2003, Counseling and psychotherapy
Second Edition. Amerika : Thomson Learning
Seligman, Linda. 2006. Theory of Counseling and Psychotherapy :
Systems,Strategies, and Skills. New Jersey : Pearson Prentice Hall
Tidak ada komentar:
Posting Komentar