Selamat Sore,
Semoga pada sore hari ini kita semua senantiasa diberkahi kedamaian jiwa dan
kebahagiaan oleh Tuhan yang maha membolak-balikkan hati manusia. Amin
Sejak dulu aku
sering bercerita kepada seorang sahabat, setiap masalah yang kualami selalu
kuceritakan, baik kemarahan dengan teman lain, masalah hubungan. Kami berbagi
cerita tentang apapun masalah hidp yang menimpa kami untuk saling belajar dan
mendengarkan satu sama lain, dan terkadang kami sampai pada suatu kesimpulan
yaitu mari berdamai dengan hati dan memaafkan diri kita sendiri.
Saya kira kata
itu cukup bijak bagi kami dan tentunya cukup mendamaikan untuk menghadapi
masalah dan menyelesaikan masalah itu. Namun seperti biasa pada usia 20-an
seperti aku banyaknya masalah terkadang membuat aku bertanya apakah berdamai
dengan hati itu cukup ?? apakah dengan memaaafkan diri sendiri ini sudah
cukup?? Sedangkan aku menginiginkan sesuatu yang tidak cukup dengan berdamai
dengan diri atau bahkan memaafkan diri sendiri???,, Jika itu menyangkut masalah
hubungan, bagaimana mungkin aku menyelesaikannya dengan berdamai dengan diriku
sedangkan konflik itu muncul disebabkan karena aku dan pasanganku terjadi
ketidak cocokan. Aku merasa bukan seharusnya aku yang berdamai dengan diriku
sendiri tapi aku dan dia yang harus berdamai dahulu., dia harus berubah pada
hal yang sesugguhnya tidak kusukai, dan begitu pula sebaliknya.
Pada saat
terjadi konflik baik itu dengan sahabat, teman, saudara bahkan pasangan/pacar/(sejenisnya,
etc ) kita merasa kita harus saling memperbaiki diri, kita harus saling berubah
demi kebahagiaan teman kita, sahabat kita, keluarga kita ataupun kebahagiaan
pasangan kita. Tapi masalahnya adalah defenisi memperbaiki diri apa yang kita
inginkan, apakah dengan merubah diri mereka seperti keinginan kita?? Aku yakin
bahwa itu yang kita maksud. Maka ketika
seseorang berperilaku tidak sesuai dengan yang kita inginkan kita akan marah
dan merasa kecewa dan mengatakan bahwa mereka belum berubah.
Jika
kekecewaan ini pada kondisi kita sedikit lebih sadar dan bisa sedikit mengelola
amarah maka kita akan meminta orang yang berkonflik dengan kita untuk saling
memperbaiki diri. Namun jika amarah itu tidak terkelola dengan baik maka kita
akan terjadi pertikaian, pengrusakan hubungan, putus, saling mencaci dan semua
hal yang menyangkut bagaimana kita bisa menyakiti orang lain, apakah itu teman,
sahabat atau pasangan kita, setidaknya mereka bisa merasakan sakit seperti yang
kita rasakan, agar mereka merasa kapok dan tidak ingin melakukannya lagi.
Tapi tahukah
bahwa ketika perasaan marah dan ingin menyakiti orang lain itu terus kita
lakukan , tanpa sadar kita akan lupa arti dari kebaikan itu sendiri, kita lupa
arti dari menyayangi dan belas kasih itu seperti apa, yang ada hanyalah amarah,
menyakiti, dan kalian tahu bahwa marah ataupun menyakiti orang lain itu bagai
meminum air laut. Semakin kamu meminumnya semakin itu pula engkau akan
kehausan. Semakin kamu mengikuti amarahmu dan menyakiti orang lain maka semakin
kamu takan akan pernah puas untuk terus melakukkannya. Kita telah ketuahui
bersama bahwa keduanya merupakan nafsu, dan bukan merupakan kebaikan yang Tuhan
inginkan dari kita sebagai manusia.
Aku belajar
dari keburukan yang telah keperbuat, ketika marah dan keinginan menyakiti itu
muncul. Sekali aku menyakiti dan memarahi orang lain maka aku semakin tidak
puas dan terus ingin marah dan menyakiti orang lain, berkata kasar dan banyak
hal. Sampai pada suatu waktu yang hening aku mulai mencari apa yang telah aku
lakukan dalam keadaan marah,, aku membuka pesan-pesanku, aku membuka chat ku
dan yang kudapati adalah aku tidak percaya bagaimana mungkin aku melakukan ini.
Dan pada saat aku tersadar aku menyesali perbuatanku, menghujat diriku sendiri
dan berandai-andai bahwa ketika aku tidak marah mungkin tidak akan terjadi
seperti ini dan seperti itu. Aku mencari
cara bagaimana menyelesaikan ini dan itu secara cepat, berjuang, memotivasi
diri dan mengerahkan seluruh tenaga untuk menyelesaikaannya. Tapi ternyata
semakin aku berjuang, semakin aku memotivasi diri semakin aku tidak sabar dan
semakin aku mencari cara ini itu untuk menyelesaikannya dan saat itu pula aku
merasa tersiksa. Merasa tersiksa karena kerja hidup dan perubahan sikap dari
orang yang kusakiti begitu lambat, sedangkan aku ingin secepatnya melihat
perubahan itu dan akhirnya aku tersadar bahwa aku telah memenjarakan diriku
sendiri.
Karena
sesungguhnya begitulah kita, kita selalu menginginkan cepat. Kita akan
mendongkol ketika internetan dengan jaringan yang lemot, kita mengeluh ketika
memesan makanan dan begitu lama disiapkan, kita marah ketika seseorang telat,
kita begitu kesal ketika pekerjaan teman begitu lambat bahkan mungkin kita
merasa tuhan tidak menyayangi kita ketika doa kita lambat di kabulkan. Sehingga
sulit bagi batin kita untuk slow down, selalu ingin cepat.
Pada suatu
saat, aku membaca buku, dan disanalah aku belajar tentang memperlambat kerja
batin. Maka aku mencoba memperlambat kerja batinku, maksudku adalah aku mulai
belajar bahwa aku tid ak bisa mengendalikan semua hal yang terjadi dalam
hidupku. Bahwa terkadang kita hanya bisa terdiam, menerima bahwa masalah yang
terjadi dalam hidup kita, ketidakcocokan, konflik yang terjadi hanya bisa kita
rasakan dan kita tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya. Kerja batin yang lebih
lambat disini adalah kita belajar menerima apapun yang terjadi, tidak
merencanakan apapun namun melakukan kebaikan yang bisa kita perbuat, memberikan
kasih tanpa harus bertanya mengapa itu terjadi, mengapa ini terjadi dan mengapa
semua terjadi pada diri kita????....
Semakin aku
belajar menerima bahwa aku tidak bisa melakukan apa-apa bahwa aku tidak bisa
mengendalikan apapun yang ada disekitarku, aku semakin bisa menemukan kedamaian
dan kualitas kasih kita semakin meningkat, kedamaian yang kumaksud disini
adalah aku tidak lagi mengharap bagaimana seharusnya orang lain berperilaku
kepadaku,, apapun itu baik, atau buruk semuanya kuterima, dan tidak berpengaruh
secara negatif kepadaku.
Dalam fase
seperti ini aku menemukan bahwa konflik apapun yang terjadi dalam setiap
hubungan baik itu persaudaraan, pertemanaan percintaan dan persahabatan karena
masing masing pihak ingin mempertahankan apa yang mereka inginkan dan menolak
apapun dari orang lain,, ketika masing-masing bisa saling menerima apapun itu,,
baik atau buruk sesuai atau tidak sesuai maka kamu akan menemukan hubungan yang
saling mendamaikan. Karena sesungguhnya kita tidak bisa lepas dari hubungan,
kita lahir dari sebuah hubungan dan kita hidup dari banyak macam hubungan. Baru
kemudian aku baru menyadari bahwa berdamai dengan hati adalah begaimana
menerima diri kita, bahwa kita tidak bisa melakukan apapun, kita tidak bisa mengendalikan apapun yang
terjadi dalam hidup ini dan kita tidak bisa mengatur orang lain sebagaimana
yang kita inginkan.
Ketika aku
menyadari esensi berdamai ini, aku merasakan bagaimana cinta tanpa syarat itu,
bagaimana aku bisa begitu tenang ketika aku mengetahui ada orang lain yang
membicarakan kejelekanku, atau ketika aku mendapati kata-kata kasar yang
kuterima, aku hanya tersenyum dan tidak melakukan apa-apa dan semuanya begitu
saja, tidak ada rasa sakit, tidak ada niat membalas,, tidak ada begitu kosong
dan begitu damai,, aku menikmati momen saat ini. Mungkin ini yang dimaksud dengan kekuatan
dari sebuah kedamaian hati, seseorang yang mampu berdamai dengan diri,, sampai
sekarang pun aku masih dalam proses ini,, aku masih belajar dan masih melakukan
observasi pada diriku sendiri..
Yang bisa kita
lakukan hanyalah kita adalah manusia yang berusaha untuk senantiasa berperilaku
baik, memberikan kebaikan pada setiap orang, memberikan kasih sayang pada
setiap orang.
Kita hanya
bisa menyadari dan menerima kita adalah manusia yang tidak lepas dari keburukan
tapi setidaknya dalam kehidupan, kita senantiasa menanam kebaikan dan tidak
pula kita menghilangkan keburukan tapi terus menanam kebaikan dan dengan proses
keburukan itu lenyap karena keindahan kebaikan yang kita lakukan. Seperti pada
tulisan yang aku posting sebelumnya bahwa segala kebaikan ataupun keburukan
tidak bisa kita hilangkan, tapi bagaimana kita menyelami keburukan itu dan
mendapatkan suatu kebaikan dan kedamaian dalam hidup..
Aku mengingat
salah satu ungkapan seorang sahabat dan kusesuaikan dengan kata yang pas
untukku, bahwa aku menulis bukan karena aku sempurna, atau karena aku
menguasainya. Aku menulis karena aku berbicara pada diriku sendiri dan berupaya
untuk menegur diriku sendiri. Semoga bermanfaat pula bagi orang lain.
Semoga kita
semua mendapatkan rahmat dan hidayah dari Allah di bulanRamadhan ini,, dan
semoga kita senantiasa diberikan cahaya kebaikan dalam hati kita..
Amin Ya Rabbal
Alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar